HARIANHALUAN.ID – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) gelar kegiatan diskusi panel manajemen kasus stunting di Kota Payakumbuh, Rabu (20/7/2022).
Kepala Perwakilan BKKBN Sumbar, Fatmawati diwakili Koordinator Bidang KB-KR Rismiati menyampaikan, diskusi ini merupakan audit kasus stunting yang dilakukan pada semua daerah di Sumbar, dengan menghadirkan sejumlah tim pakar bidang kesehatan sebagai narasumber.
“Ini audit kasus stunting yang ke-7 di Sumbar. Ini untuk mencari faktor-faktor penyebab secara khusus, untuk mencari solusi agar menekan dan mencegah jumlah kasus stunting,” ujar Rismiati.
Untuk Kota Payakumbuh sendiri, prevalensi kasus stunting di Payakumbuh berada di angka 20 persen. Meskipun di bawah Provinsi Sumbar yakni 23,3 persen, namun angka stunting di Payakumbuh harus terus ditekan.
Pada diskusi panel tersebut, Dokter Spesialis Obgyn, dr. Efrizal Naldi, Sp.OG salah satu narasumber pada diskusi panel menuturkan, stunting atau gagal tumbuh kembang balita pada 1.000 hari pertama kehidupan. Menurut dia, di dalam penanganan harus dimulai dari proses kehamilan hingga lahir, termasuk juga calon ibu.
Menurutnya, dalam kasus stunting, kurang asupan gizi menjadi faktor utama, termasuk status kesehatan ibu hamil. Misalnya pada satu kasus hamil pada usia 40 tahun, anak yang ke-7 ini sangat rawan, karena akan memberi kontribusi penyebab stunting. “Secara faktor genetik, ini sangat berisiko,” kata dokter kandungan tersebut.