“Kalau bisa program konservasi ini jadi edukasi bagi masyarakat, bagaimana membudidayakan bilih di luar habitatnya,” kata Donny.
Dia menyebut, program konservasi ikan bilih ini cukup efektif dalam menjaga kelestarian ikan bilih yang terancam punah. Namun begitu, ia berharap konservasi ikan bilih yang dilakukan PT Semen Padang bersama UBH ini juga sejalan dengan pembatasan penggunaan bagan dan lain sebagainya.
“Ini mesti dilakukan sekaligus, jadi antara pembibitan berjalan agresif, masif dan upaya mencegah kepunahan ikan bilih bisa dilakukan secara paralel. Kami dari SIG dan Semen Padang, akan terus mensupport kelestarian ikan bilih ini. Dan kami pun juga berterima kasih kepada Nagari Sumpur yang welcome terhadap kita, termasuk UBH yang telah membantu kita,” ujarnya.
Rektor UBH, Tafdil Husni menyebut bahwa keterlibatan UBH dalam konservasi ikan bilih merupakan suatu bentuk kontribusi UBH, melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) yang didukung oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UBH. Apalagi, status ikan bilih Danau Singkarak pada Tahun 2020 menuju kepunahan.
“Jadi, ini penting kita selamatkan ancaman kepunahan ikan bilih ini melalui pembenihan secara in-situ dan membuat area suaka yang diresmikan. Dan Alhamdulillah, sudah dua kali PT Semen Padang bersama UBH kembali menebar anak ikan bilih ke habitatnya. Dan tentunya, hasil dari penebaran ikan bilih akan luar biasa terhadap ekonomi nelayan bilih Danau Singkarak,” katanya.
Sebagai contoh, sebut Tafdil, dari 1.500 ikan bilih yang disebar dan didalamnya ada 800 ekor betina, maka masing-masing betina akan mempunyai telur 3.000. Jika dikalkulasikan, maka jumlahnya akan ada 2,4 juta ekor ikan bilih yang akan berkembang biak. Kemudian, untuk 1 juta ekor bilih sama dengan 5.000 kg.