“Nah, setelah data populasi sapi pasti kita dapatkan dari tim yang telah diterjunkan sebelumnya, maka baru tim vaksinator diterjunkan ke lapangan. Hal ini bertujuan agar dosis yang akan diberikan tersalurkan secara cepat, tepat, efektif dan tepat sasaran,” ucapnya.
Salah seorang peternak sapi di kawasan TPA Air Dingin, Tole (54) mengatakan bahwa penolakan peternak terhadap vaksinasi PMK sebagaimana yang telah disebutkan Kadis Pertanian tersebut, terjadi lantaran status kepemilikan sapi masing-masing sapi berbeda-beda.
“Sapi ini kan pemiliknya berbeda-beda. Ada peternak yang memang pemilik sapi langsung dan ada juga yang sekedar dititipi dan ditugaskan untuk melakukan pemeliharaan saja. Biasanya kawan-kawan yang menolak itu hanya ingin menunda waktu pemberian vaksinasi saja. Karena mereka tentu perlu berkomunikasi dan berkoordinasi dulu dengan pemilik sapinya,” ujarnya.
Tole juga mengungkapkan, sepengetahuan dirinya dalam menghadapi wabah PMK, para peternak sapi juga memiliki caranya masing-masing untuk mengatasi dan menyembuhkan sapi yang sudah terkena gejala PMK.
“Kebanyakan rekan-rekannya sesama peternak sapi, selain dengan memberikan vaksinasi PMK ataupun vitamin penguat kepada sapi-sapi yang telah terindikasi terpapar PMK, kadangkala mereka juga mengandalkan racikan ramuan obat tradisional,” ujarnya. (*)