“Kenapa ini perlu diatasi, karena Indonesia ini kaya, kita punya minyak, batu bara, emas nikel, sawit, semua yang ditanam tumbuh. Negeri kaya, tapi apa kita kaya? Karena kita tidak cerdas, tidak orang yang pandai mengelola alam. Generasi akan datang harus yang pandai dan cerdas,”ujarnya.
Ia menggambarkan tentang sawit. Di negara lain sawit menghasilkan 47 komoditas, namun di Indonesia hanya ada minyak.
“Meski saat ini sudah ada penemuan cangkang sawit yang diolah menjadi rompi anti peluru dan helm. Kita ingin generasi kita ini bisa lebih baik. Kita bangun kesadaran untuk bangsa yang lebih unggul,” kata Darul.
Kepala BKKBN Sumbar, Fatmawati menyampaikan, banyak aspek ditanyakan untuk mengetahui adanya potensi anak stunting, di antaranya jamban, kecacingan diare dan rumah layak huni.
“Di Kabupaten Solok contohnya. Terdata ada 40,1 persen stunting. Artinya, dari 10 anak yang lahir ada empat yang stunting. Potensi ini bisa diketahui dengan berat anak yang hanya 2,5 kilogram dan panjang atau tingginya di bawah 48 centimeter. Ini perlu diwaspadai, harus diintervensi dengan cepat,” tuturnya.
Lebih lanjut disampaikannya, faktor lain yang berpotensi adalah kepala keluarga yang tidak bisa memberikan gizi atau protein kepada anaknya. Ini menjadi faktor pemicu, atau saat hamil tidak diberikan nutrisi yang baik. Selain itu, tidak mempunyai air minum yang layak. (*)