Senada dengan itu, Adi (34). Pedagang bensin eceran temui di kawasan Jati, juga mengeluhkan hal serupa. Bahkan, menurutnya, dirinya mulai mempertimbangkan untuk berhenti menjual BBM eceran.
“Benar, harga BBM naik lagi, di SPBU sekarang sudah Rp10 ribu per liter, makanya agar tetap dapat untung saya menjualnya seharga Rp13 ribu perbotol. Apalagi sekarang ini untuk membeli bensin dengan jerigen sangatlah susah dan harus mengantre berjam-jam,” ucapnya.
Adi menyatakan, dengan kenaikan harga BBM seperti saat sekarang ini, dirinya berkemungkinan tidak akan menjual BBM lagi, setelah stok minyaknya habis terjual. Adi beralasan, selain susahnya mendapatkan stok BBM untuk dijual dari SPBU, dirinya juga khawatir akan ditangkap oleh polisi dengan tuduhan penyelewengan BBM bersubsidi.
“Mungkin kalau stok bensin saya yang tinggal dua jerigen ukuran 35 liter ini habis, saya tidak jualan bensin lagi. Sebenarnya saya sudah lama dilarang oleh istri, selain dapat bensin di SPBU susah dan lama, untungnya juga kecil. Takutnya ketika saya sedang sial, bisa-bisa saya ditangkap polisi dituduh menyalahgunakan atau menimbun BBM bersubsidi,” ucapnya.
Adi berharap, kedepannya harga BBM bisa diturunkan kembali oleh pemerintah. Sebab, kenaikan harga BBM sangatlah berdampak terhadap masyarakat kecil seperti dirinya, yang mengandalkan pendapatan harian ketimbang mendapatkan gaji tetap perbulan.
“Bagi para pedagang, ojek online ataupun sopir, kenaikan harga ini tentu memberatkan karena tentu akan dan membuat harga kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan. Semoga kedepannya harga BBM kembali diturunkan oleh pemerintah,” tuturnya. (*)