HARIANHALUAN.ID – Pemerintah secara resmi telah mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite, solar hingga pertamax.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menjabarkan bahwa harga pertalite mengalami kenaikan dari harga Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Harga solar subsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter. Kemudian harga pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter.
Penetapan kenaikan harga BBM terbaru tersebut, juga berimbas terhadap kenaikan harga minyak eceran ketengan, yang dijual para pedagang di sejumlah lokasi di Kota Padang.
Seorang pedagang minyak eceran di kawasan Khatib Sulaiman, Khalil (26) mengatakan, dirinya terpaksa menjual satu botol pertalite seharga Rp13 ribu lantaran terjadi kenaikan modal yang harus dikeluarkannya saat membeli satu liter pertalite dari SPBU.
“Iya, sekarang harga pertalite satu botolnya seharga Rp13 ribu. Harga terpaksa dinaikkan sekitar Rp3 ribu perbotol, karena modal yang dikeluarkan juga naik dibandingkan dengan sebelumnya,” ujarnya.
Khalil mengaku, kenaikan harga terbaru yang telah ditetapkan oleh pemerintah, juga banyak dikeluhkan oleh para pembeli yang membeli minyak dari kiosnya. Menurutnya, meski kebanyakan para pembeli sudah mengetahui bahwa ada kenaikan harga BBM terbaru dari pemerintah. Namun, ada semacam keberatan dari masyarakat selaku konsumen BBM.
“Kebanyakan pembeli saat disebutkan bahwa harga pertalite eceran sekarang sudah mencapai Rp13 ribu, mereka sedikit merasa keberatan dan hanya membeli satu liter bensin saja. Namun rata-rata mereka bisa memahami kenaikan harga minyak eceran itu, karena harga BBM di SPBU pun sudah naik,” ucapnya.
Senada dengan itu, Adi (34). Pedagang bensin eceran temui di kawasan Jati, juga mengeluhkan hal serupa. Bahkan, menurutnya, dirinya mulai mempertimbangkan untuk berhenti menjual BBM eceran.
“Benar, harga BBM naik lagi, di SPBU sekarang sudah Rp10 ribu per liter, makanya agar tetap dapat untung saya menjualnya seharga Rp13 ribu perbotol. Apalagi sekarang ini untuk membeli bensin dengan jerigen sangatlah susah dan harus mengantre berjam-jam,” ucapnya.
Adi menyatakan, dengan kenaikan harga BBM seperti saat sekarang ini, dirinya berkemungkinan tidak akan menjual BBM lagi, setelah stok minyaknya habis terjual. Adi beralasan, selain susahnya mendapatkan stok BBM untuk dijual dari SPBU, dirinya juga khawatir akan ditangkap oleh polisi dengan tuduhan penyelewengan BBM bersubsidi.
“Mungkin kalau stok bensin saya yang tinggal dua jerigen ukuran 35 liter ini habis, saya tidak jualan bensin lagi. Sebenarnya saya sudah lama dilarang oleh istri, selain dapat bensin di SPBU susah dan lama, untungnya juga kecil. Takutnya ketika saya sedang sial, bisa-bisa saya ditangkap polisi dituduh menyalahgunakan atau menimbun BBM bersubsidi,” ucapnya.
Adi berharap, kedepannya harga BBM bisa diturunkan kembali oleh pemerintah. Sebab, kenaikan harga BBM sangatlah berdampak terhadap masyarakat kecil seperti dirinya, yang mengandalkan pendapatan harian ketimbang mendapatkan gaji tetap perbulan.
“Bagi para pedagang, ojek online ataupun sopir, kenaikan harga ini tentu memberatkan karena tentu akan dan membuat harga kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan. Semoga kedepannya harga BBM kembali diturunkan oleh pemerintah,” tuturnya. (*)