HARIANHALUAN.ID – Pelaksanaan ibadah haji oleh masyarakat sekarang ini, banyak dianggap sekadar melepaskan hutang ataupun menjalankan ibadah wajib dalam rukun Islam saja. Padahal, sesungguhnya muatan hakikat ibadah haji itu menjadikan taqwa sebagai bekal yang paling utama.
Hal tersebut disampaikan langsung Deputi Direktur Jenderal (Dirjen) Pelaksanaan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), Mahmudi Affan Rangkuti dalam pemaparan materinya pada pelaksanaan advokasi haji yang digelar oleh Kemenag Solok Selatan di Aula Kantor Kemenag Solok Selatan, Kamis (22/9/2022).
Ia mengatakan, pelaksanaan ibadah haji setidaknya menjalankan empat jenis perspektif haji yang di antaranya haji dalam perspektif historis, haji dalam perspektif ritus, haji dalam perspektif moderasi agama dan haji dalam perspektif pengabdian sosial kemasyarakatan. Keempat hal inilah yang sesungguhnya yang menguatkan pelaksanaan ibadah haji yang harus dijalankan oleh jemaah haji.
“Secara historis, seperti tokoh yang sekaligus ulama Sumatra Barat, Tuanku Imam Bonjol. Beliau pada masanya tentu memiliki perjuangan yang berat untuk melaksanakan haji. Dan yang paling penting Tuanku Imam Bonjol berhaji memiliki tujuan untuk belajar ilmu agama, di samping menjalankan ibadah hajinya. Setelah pulang, beliau mampu menyatukan pemahaman kaum Paderi dengan kaum Adat, dan inilah bentuk dari pengabdian sosial kemasyarakatannya,” katanya.
Kemudian secara perspektif ritus, jemaah haji akan menjadi pameran utama. Artinya, mencapai pelaksanaan ibadah haji yang mabrur itu tentu dijalankan langsung oleh para jemaah hajinya. Lalu pada perspektif moderasi agamanya, diperlukan pemahaman-pemahaman yang menguatkan pada pelaksanaan ibadah haji. Sehingga, keempat tersebut akan mampu menjalankan ibadah haji yang sebaik-baiknya.
Maka dari itu, melalui pelaksanaan advokasi haji tersebut, perwakilan dari Dirjen PHU Kemenag RI mengharapkan agar pelaksanaan ibadah haji kedepannya benar-benar dapat mencapai tingkatan dan realisasinya. Kemudian juga mempersiapkan secara matang upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan haji, karena pelaksanaan ibadah haji masih berputar dengan pendampingan-pendampingan teknis, yang sesungguhnya pemahaman itu menjadi dasar utama bagi jamaah haji yang akan melaksanakan ibadah haji.
Lebih lanjut Kakan Kemenag Solok Selatan, Kasmir juga menyampaikan, bahwa pelaksanaan advokasi haji sangatlah penting dilakukan untuk menguatkan pengetahuan haji dari lintas lembaga yang terkait. Makanya dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut, peserta yang dilibatkan berasal dari jamaah haji, Kantor Urusan Agama (KUA), kepala madrasah dan lembaga lainnya.
“Kita dari Kemenag Solok Selatan sendiri sangat mengharapkan dari kegiatan ini dapat membawa perubahan-perubahan pada pelaksanaan ibadah haji selanjutnya secara baik dan mencapai tujuannya. Kemudian usulan-usulan tentang pemanfaatan digitalisasi untuk peningkatan pemahaman haji tentu akan menjadi masukan berarti dan menjadi pertimbangan bagi kami untuk bisa mendorong pencapaian ini nantinya,” ujarnya. (*)