“Dua belas tahun terhenti. Insyaallah Tahun 2023 kami mulai lagi dari Lubuk Kilangan. Lebarnya ada 36 meter. Mohon juga dukungan dari KAN Lubuk Kilangan. Dan tentunya, Jembatan Rimbo Gaek ini bisa menghubungkan masyarakat ke jalur lingkar luar. Di Kota Padang belum ada jalur lingkar luar, truk semuanya lewat kota,” ujarnya.
Pada kesepatan itu, Hendri Septa juga berharap agar tanah di ujung jembatan menuju Rimbo Gaek mudah-mudahan bisa dihibahkan ke Pemko Padang. Karena, kalau tidak dihibahkan, maka Pemko Padang tidak bisa melakukan apa-apa. Itu aturannya.
“Jadi, hibahkan ke pemko dulu, Insyaallah nanti bisa jadi rancangan ke depan untuk membuat jalan. Kita butuh jalan untuk menghubungkan masyarakat. Tidak hanya jalan saja, tapi butuh juga lahan untuk membuat sekolah,” katanya.
Direktur Keuangan & Umum PT Semen Padang, Oktoweri mengatakan, PT Semen Padang bangga bisa mewujudkan keinginan atau aspirasi masyarakat Rimbo Gaek, Tarantang atau Lubuk Kilangan pada umumnya melalui program Khusus Nagari Lubuk Kilangan. Dan, program khusus nagari ini di luar program TJSL PT Semen Padang.
Program khusus nagari ini disusun oleh KAN Lubuk Kilangan bersama PT Semen Padang setiap tahun sesuai prioritas dan kemampuan perusahaan. “Program khusus ini dimulai sejak 2019 dan ini sifatnya program, bukan bantuan. Program khusus ini awalnya dimulai dengan melakukan normalisasi sungai dan bendungan di Kelurahan Padang Besi,” katanya.
PT Semen Padang, sebut Oktoweri, hadir membangun Jembatan Rimbo Gaek melalui program Khusus Nagari Lubuk Kilangan ini, karena PT Semen Padang tidak ingin melihat masyarakat sekitar perusahaan terisolir. Bahkan sebelum ada jembatan ini, masyarakat Rimbo Gaek harus menyeberang sungai dan tentunya beresiko, meskipun ada akses lain ke Rimbo Gaek melalui Parak Karambia.