Dari hasil perhitungan BPS dari sensus penduduk, TFR Sumatra Barat mengalami penurunan dari 2,91 menjadi 2,46. Capaian ini didukung dengan menurunnya kelahiran remaja di usia 15-19 tahun dari 28 menjadi 14,17. “Tentunya penurunan fertilitas ini dapat menurunkan rasio ketergantungan dan berpeluang terciptanya bonus demografi,” ucapnya lagi.
Sementara itu, dari hasil SSGI 2022 prevalensi stunting di Sumatra Barat mengalami kenaikan menjadi 25,2 yang sebelumnya 23,3 (naik 1,9 persen). “Dari 19 kab/kota terdapat tujuh kab/kota yang naik prevalensi stunting-nya dan 12 kab/kota mengalami penurunan,” ujarnya.
Selaras dengan TFR yang tinggi dan angka kematian bayi yang tinggi terutama tiga kab/kota tertinggi. “Oleh karena itu, ini menjadi perhatian kita bersama untuk bisa melakukan upaya-upaya strategis dalam penurunan stunting,” tuturnya.
Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatra Barat, telah berupaya melaksanakan program dan kegiatan pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana serta percepatan penurunan stunting.
Beberapa program BKKBN, di antaranya workshop dan diseminasi studi kasus dan praktik baik bersama pakar dan lintas sektor, pelayanan Keluarga Berencana (KB) di faskes, tertutama meningkatkan KB pascapersalinan dan KB MKJP, Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) dengan telah diperkuat oleh Inpres Nomor 3 Tahun 2022.
Kemudian ada program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) di Kampung KB, implementasi Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (Elsimil) bersama Kemenag, sosialisasi melalui berbagai media, penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja, Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), grebek stunting, serta pemantauan tumbuh kembang anak.
Lalu dukungan serta advokasi dan KIE bersama mitra kerja Komisi IX DPR RI, layanan penyuluhan dan pendampingan oleh kader (Tim Pendamping Keluarga/TPK, PPKS, BKB terintegrasi posyandu), promosi program melalui media sosial seperti dengan Infosumbar dan Influencer di Sumatra Barat, promosi dan sosialisasi elsimil diberbagai tingkatan dan momentum penikahan.