PADANG, HALUAN — Pemerintah daerah (Pemda) di Sumbar tengah menyiasati pemanfaatan sejumlah lahan tidur atau lahan pertanian yang belum tergarap secara optimal. Hasil pengkajian menunjukkan, gangguan hama menjadi salah satu pemicu terjadinya gagal panen, sehingga lahan tak lagi digarap.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengatakan, pertanian adalah salah satu sektor unggulan Sumbar yang harus dikembangkan, sehingga diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih optimal bagi daerah. Namun, pemanfaatan sejumlah lahan yang tak optimal memang masih menjadi catatan dalam pengembangan sektor pertanian.
“Pertanian di Sumbar punya potensi yang luar biasa. Maka dari itu, perlu dikelola dengan baik. Salah satunya, dengan cara memanfaatkan lahan-lahan yang belum dikelola untuk menjadi lahan yang lebih produktif,” ujar Mahyeldi, Senin (25/10).
Ia menyebutkan, faktor penyebab sejumlah lahan pertanian belum dimanfaatkan secara maksimal antara lain adalah faktor hama yang bisa menyebabkan gagal panen, seperti sejumlah lahan di kawasan Pakandangan, Kabupaten Padang Pariaman, yang hampir lima tahun belum difungsikan dengan baik akibat gagal panen yang terjadi.
“Awalnya karena pembicaraan dengan bupati tentang lahan tidur yang sudah lima tahun tidak difungsikan, saya diajak untuk melihat kondisi lahan yang tidak berfungsi itu, karena petani gagal panen akibat ada hama tikus, wereng, dan lain sebagainya,” ujarnya lagi.
Menurut Mahyeldi, masyarakat tidak boleh membiarkan lahan yang gagal panen akibat hama itu tidak lagi dimanfaatkan dengan baik. Sebab, masalah itu bisa diatasi dengan penanaman benih yang baru dan berbeda.
Selain itu, Mahyeldi menambahkan, untuk membasmi hama tikus bisa dilakukan dengan membersihkan kawasan lahan tersebut, terutama di pematang sawah yang menjadi tempat tikus membuat sarang. Ia menilai, jika tidak segera diatasi, maka lahan pertanian akan terus diganggu oleh hama.
Pemprov Sumbar dengan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, sambungnya, juga sudah menggencarkan program serentak tanam di beberapa lahan di daerah Pakandangan. Dalam kesempatan itu, Pemprov Sumbar memberikan bantuan benih padi, jagung, dan komoditas pertanian lain untuk sejumlah kelompok tani.
Mahyeldi berharap, dengan dimulainya penaman kembali, maka pemanfaatan lahan bisa lebih maksimal. Menurutnya, bila satu kelompok tani memiliki lahan 36 hektare dengan hasil panen mencapai 5 ton per 1 hektare, maka penambahan jumlah produksi pertanian di Kabupaten Padang Pariaman akan meningkat.
“Jika bisa mengelola lahan pertanian dengan baik, maka hasil yang diperoleh akan melimpah. Jika sehektare lahan dapat menghasilkan sekitar 5 ton, maka 36 lahan yang dimiliki satu kelompok tani akan menghasilkan sekitar 180 ton lebih,” ujarnya lagi.
Sementara itu, Bupati Padang Pariaman, Suhatri Bur menyampaikan, sejumlah lahan pertanian memang belum dimanfaatkan dengan maksimal karena gagal panen akibat hama. “Sejak lima tahun terakhir, banyak lahan pertanian yang tidak dimanfaatkan karena serangan hama tikus, wareng coklat, dan gangguan lainnya. Padahal, Padang Pariaman adalah kawasan yang luas. Selain untuk menanam padi, ada juga lahan untuk kelapa dan jagung,” ujar Suhatri.
Ia pun mendorong agar kelompok tani kembali menggarap lahan yang tidak dimanfaatkan tersebut, terutama setelah dimulainya program penanam padi secara serentak. Ditambah dengan sudah adanya irigasi Ladang Laweh dan Batang Kepencong yang akan memudahkan kebutuhan air.
“Jika lahan sudah dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, semoga dapat menjadikan daerah ini sebagai pemasok hasil beras di Padang Pariaman,” katanya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Padang Pariaman, Yurisman menyebutkan, pihaknya pernah melakukan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan kegagalan yang dialami petani, akan tetapi langkah ini masih menyisakan trauma, sehingga petani belum berkeinginan untuk kembali menanam padi.
Meski demikian, Yurisman menambahkan, pihaknya tetap berupaya memanfaatkan lahan tersebut. Salah satunya, dengan menanam komoditas pertanian lain seperti sawah di Korong Pasa Pakandangan, Nagari Pakandangan, Enam Lingkung, yang kemudian ditanami jagung, cabe, dan mentimun.
Di samping itu, kata Yurisman, Dinas Pertanian juga terus melalukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat untuk melakukan pergiliran tanaman, sehingga hama yang mengganggu tanaman tersebut hilang karena sumber makanannya habis.
“Sudah dianjurkan untuk menanam padi sesuai rumusnya seperti menanam padi, lalu diganti dengan menanam palawija, lalu menaman padi lagi. Dengan demikian, siklus hama akan terputus. Akan tetapi, karena trauma gagal panen tadi, petani memilih mengalihkan ke tanaman lain saja,” katanya.
Meski sejumlah lahan belum tergarap dengan maksimal, menurut Yurisman dari 22 hektare pertanian sawah di Padang Pariaman, sudah mampu dilakukan panen sebanyak lima kali dalam dua tahun. Hasil ini disebut cukup untuk memenuhi stok kebutuhan beras di Padang Pariaman.
Ia juga menyebutkan, setiap tahun stok beras di Padang Pariaman mengalami surplus sekitar 120 ribu ton. Bahkan, pihaknya juga mampu menyuplai beras ke luar daerah seperti Padang, Pekanbaru, Jambi, Jakarta, hingga Malaysia. (h/mg-sci)