Inovasi tersebut, berawal adanya kerusakan Kiln Drive di Pabrik Indarung V. Kiln Drive di pabrik tersebut mempunyai sistim yang minim informasi, sehingga memperlambat proses perbaikannya. Untuk itu, dibuatlah alat untuk mendeteksi gangguan yang diberi nama HMI Touch Screen Kiln Drive. Menggunakan teknologi terbaru berbasis alat ini mampu mendeteksi setiap adanya gangguang dalam waktu kurang dari 1 menit. Untuk biaya pembuatan alat ini sekitar Rp50 juta dengan memanfaatkan spare part yang ada di Unit Pemeliharaan Listrik & Instrumen 2.
“Kalau sebelumnya, informasi adanya gangguan baru diketahui dalam waktu bisa mencapai 4 jam karena hanya ada 1 alarm, sehingga informasi adanya gangguang lama terdeteksi, sehingga berdampak pada kehilangan produksi. Nah, dengan adanya inovasi ini, setiap gangguang itu bisa terdeteksi dalam waktu kurang dari 1 menit. Bahkan, inovasi yang kami buat ini memberikan benefit bagi perusahaan hingga Rp1,3 miliar/pertahun. Benefit ini kami hitung berdasarkan down time yang diakibatkan adanya gangguan dari Kiln Drive,” katanya.
Ketua Tim Bonus Liner Edy Suryanto menyatakan siap untuk bersaing dengan tim inovasi dari berbagai negara lainya pada ajang IQPC yang diselenggarakan di Kuala Lumpur. “Insya Allah kami sudah siap untuk bersaing. Ada sekitar 2 bulan lamanya persiapan, termasuk persiapan mental. Mudah-mudahan, kami bisa mewujudkan target Platinum dari manajemen,” katanya didampingi Sekretaris Tim M Adi Putra, dan Anggota Defrizal Zed, Almahdi, dan Ari Satria Utama.
Pada ajang IQPC yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Edy menyampaikan bahwa inovasinya berjudul “Menurunkan Biaya Pemeliharaan Sebesar 71,41% Dan Mempercepat Waktu Pengadaan Dari 12 Bulan Menjadi 3 Bulan Dengan Cara Membuat Liner Plate Lime Stone Crusher VI Pada Tahun 2021″. Inovasi ini berawal karena pembelian spare part liner plate memakan waktu sampai 1 tahun. Karena, diimpor dari Jerman, yaitu perusahaan ThyssenKrupp.
Karena memakan waktu yang begitu lama, tim Bonus Liner. Kemudian berinisiatif membuat spare part liner sendiri. Pembuatan dilakukan di workshop graser, dan biaya pembuatannya sebesar Rp71,9 juta dengan memanfaatkan wear plate dan hard facing surface. “Kalau dibeli, harga spare part ini mencapai Rp242 juta lebih dengan ukuran untuk kekerasan material 49,6 HRC (Hardness Test Result). Sedangkan yang dibuat sendiri mencapai 65,8 HRC,” katanya.
Anggota tim Bonus Liner Defrizal Zed menambahkan bahwa adanya inovasi ini memberikan benefitnya bagi perusahaan sebesar Rp5,2 miliar lebih. Nilai benefit ini diambil dari masa pemakaiaan liner plate. Biasanya, pemakaian liner plate ini untuk 4 juta ton, dan setelah dibuat sendiri masa pemakaiannya menjadi 4,150 juta ton. Kemudian dari segi biaya pemeliharaan, juga hemat hingga Rp173 juta. “Penghematan ini didapat dari perbandingan biaya pembeliaan spare part dengan dibuat sendiri,” katanya.
Pembuatan liner plate ini, sebutnya, juga bertujuan untuk membatasi barang-barang impor dan meningkatkan produksi dalam negeri sesuai dengan kebijakan perdagangan internasional. “Inovasi ini juga menjadi bagian dari cost transformation, cost efficiency perusahaan, dan mendukung program Green Proper serta Cost Saving Semen Padang,” pungkas Defrizal Zed. (h/dan)