HARIANHALUAN.ID – Seperti tulisan sebelumnya, dorongan kalimat mambangkik batang tarandam lebih condong kepada kapitalis karena sifatnya untuk mencapai kejayaan/kemegahan pribadi. Sedangkan wacana Sumbar bangkit yang diapungkan oleh media Haluan, membawa pesan untuk kejayaan bersama.
Wacana ini menjadi lebih menarik untuk ditelaah dan dibahas, karena tidak lama lagi Sumbar akan terlibat dalam perhelatan yang konon katanya “demokrasi”, yakni pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak mulai dari jabatan bupati dan wali kota, hingga gubernur. Jika ditakdirkan, wacana Sumbar Bangkit ini bisa saja bergerak bagaikan bola salju. Artinya, masyarakat bisa menggunakan wacana ini sebagai pedoman dalam pilkada nanti, agar tidak terpilih pemimpin yang di”kada” atau berkudis. Pemimpin “dikada” atau “bakada” alias berkudis dapat diterjemahkan sebagai pemimpin yang mempunyai rekam jejak jelek.
Ini karena sebahagian para calon pemimpin adalah para petahana yang sudah menunjukkan kualitas kepemimpinan masing-masing. Ada juga muka-muka baru dari berbagai kalangan, juga ada mantan pejabat yang ikut bersaing. Khusus bagi para petahana, masyarakat tentu sudah merasakan dampak dari berbagai kebijakan dan keputusan-keputusan politik yang selama ini sudah mereka jalankan. Apakah rekam jejaknya baik atau bakada, maka kini lah saatnya masyarakat mengevaluasi, serta menentukan pilihan dengan cerdas. Namun kecerdasan juga perlu dilengkapi dengan wawasan, harus ada dasar pemikiran sebagai pedoman. Untuk itu, tulisan ini mungkin sedikitnya dapat membantu masyarakat dalam menelaah untuk menentukan pilihan.
Sikap Politik Masyarakat dalam Memilih Pemimpin
Sikap artinya adalah suatu reaksi yang datang dari pandangan atau perasaan seorang individu terhadap objek tertentu. Walaupun objek tersebut adalah sama, namun belum tentu semua individu mempunyai sikap yang sama terhadap suatu objek. Karena akan dipengaruhi oleh keadaan individu tersebut, oleh pengalamannya, oleh informasi yang diperolehnya, atau bisa jadi keberadaan objek tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu yang sering berbeda. Maka, sikap seseorang terhadap suatu objek akan membentuk perilaku individu itu terhadap objek tersebut, semisal suka atau tidak suka (Gerungan 2004: 160). Objek dalam hal ini adalah calon pemimpin yang akan dipilih.
Politik dalam arti luas, adalah suatu kegiatan yang dibuat, dipelihara, dan digunakan untuk masyarakat, untuk menegakkan peraturan di dalam masyarakat itu sendiri. Dalam berbagai literatur, pernyataan filsuf Yunani Aristoteles sering dikutip bahwa politik itu adalah ”master of science”, kunci untuk memahami lingkungan. Hakikatnya, politik adalah gejala terkait manusia yang selalu hidup bermasyarakat, kodratnya adalah makhluk sosial yang selalu dinamis dan berkembang. Politik adalah gejala yang wujud dalam proses perkembangan manusia, oleh sebab itu lah konflik dan kerja-sama adalah sesuatu yang biasa dalam politik.
Selain kondisi pancagatra sosial di Sumbar sebagaimana sudah digambarkan di atas, ada dua hal penting yang harus menjadi pedoman bagi masyarakat dalam memilih pemimpin. Pertama, bagaimana wawasan dan perhatiannya terhadap agama Islam, sebagai agama mayoritas orang Minangkabau. Kalau ia terpilih akankah ia mampu membentengi daerah ini dari berbagai ancaman terhadap kerusakan agama. Kedua, bagaimana wawasan dan perhatiannya terhadap adat dan budaya. Sebab, bila kita membaca kisah-kisah hidup para tokoh-tokoh besar masa lalu itu, tidak terlepas dari lingkungan kehidupan yang membentuk mereka, atau pola pikir Minangkabau yang ditanamkan oleh kedua orang tua mereka. Ini sangat penting, karena dasar jati diri budaya Minangkabau adalah adat dan syarak sebagaimana tergambar dalam falsafah ABS-SBK. Hal ini kemudian juga dipertegas lagi melalui UU Sumatera Barat No. 17 tahun 2022 tentang adat budaya Minangkabau berdasarkan falsafah adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (ABS-SBK). Jadi, dalam memilih pemimpin, masyarakat harus waspada terhadap politik uang, serta janji-janji politik para politisi yang lebih didasari oleh kepentingan pribadi dan kelompok.