PADANG, HALUAN — Baru-baru ini, viral di media sosial (medsos) seekor buaya muncul di Batang Kuranji, Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang. Dalam video yang diunggah akun Instagram @infopadang_, seekor buaya menampakkan diri di hadapan warga sekitar pada Rabu (24/11).
Lantaran buaya tersebut hanya diam, warga pun langsung mengabadikannya dalam bentuk video melalui kamera ponsel masing-masing. Berdasarkan informasi dari akun @infopadang_ diketahui bahwa kemunculan buaya itu berlokasi di RT 04/RW 01, Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang.
Kepala BKSDA Sumbar, Ardi Andono membenarkan terkait informasi kemunculan buaya tersebut. Ia mengatakan, buaya yang muncul dan viral di media sosial itu termasuk jenis buaya muara (Crocodylus porosus).
Ia mengatakan, BKSDA Sumbar melalui Resort Konservasi Wilayah Padang sudah mengimbau masyarakat melalui perangkat RT untuk mengurangi kegiatan di sungai serta tidak mengganggu satwa buaya muara, karena sungai tersebut memang habitat mereka.
Selain itu, pihaknya juga telah melakukan pemantauan lapangan secara berkala dan sosialisasi kepada masyarakat tentang status satwa dan tindakan terhadap satwa guna meminimalisasi risiko terjadinya konflik.
“Tingginya kuantitas serta kualitas konflik, setidaknya juga menunjukkan bahwa habitat dan kehidupan buaya mulai terusik atau terganggu,” katanya, Jumat (26/11).
Ia menyebutkan, hal itu disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, khususnya yang berada di sekitar perairan baik tawar maupun payau. Selain itu, bisa juga karena semakin berkurangnya sumber pakan di alam.
Ia mengatakan, buaya pada umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa, dan lahan basah lainnya. Namun, ada pula yang hidup di air payau, seperti buaya muara. “Buaya muara merupakan jenis buaya paling agresif jika dibandingkan jenis lainnya,” katanya.
Jenis buaya ini juga sering terlibat konflik dengan manusia. Selain itu, predator ini juga dikenal sebagai buaya terbesar dan terpanjang yang pernah tercatat. Buaya muara tidak hanya masuk dalam daftar buaya dilindungi, buaya muara juga masuk daftar merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).
Menurutnya, buaya juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di perairan. Lantaran sifatnya yang merupakan karnivora (pemakan daging), reptil ini menjadi predator tingkat tertinggi dalam rantai makanan ekosistem perairan.
Ardi mengatakan, reptil terbesar di dunia menjadikan biawak, ular, monyet, ikan, dan satwa lain di perairan menjadi mangsa utamanya. Ia juga menambahkan, untuk mengantisipasi adanya konflik, BKSDA Sumbar melalui Resor Konservasi Wilayah Padang melakukan pemasangan plang peringatan bahwasanya lokasi tersebut adalah habitat satwa buaya muara.
“Pemasangan plang ini bertujuan agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat sekaligus pencegahan dini terjadinya konflik satwa liar dan manusia di sekitar aliran sungai,” katanya.
Menurutnya, ada beberapa hal yang menjadi perhatian yaitu areal-areal perairan tertentu yang diduga sebagai lokasi habitat maupun home range (jalur jelajah) buaya, terutama ketika musim kawin dan bertelur.
“Harus dihindari penggunaan serta pemanfaatannya oleh masyarakat sekitar sehingga konflik satwa buaya dengan manusia dapat diantisipasi,” ucapnya.
Penemuan buaya yang tidak jauh dari pekarangan atau kerumunan warga itu sontak membuat heboh jagat media sosial. Akun @sarkis.man berharap pihak-pihak terkait atau pemerintah di daerah-daerah yang sering ditemukan buaya muara bisa memberikan papan peringatan di sepanjang kawasan sungai. Hal itu bertujuan untuk memberikan peringatan kepada masyarakat agar tidak beraktivitas di sekitar sungai, sehingga bisa meminimalisasi risiko.
“Sangat penting diberikan plang atau peringatan agar masyarakat yang bukan warga setempat juga bisa berhati-hati dan tidak main ke tepi sungai demi keamanan bersama,” katanya.
Sementara akun @thekingreptilepadang munculnya buaya di sekitaran pemukiman warga mengindikasikan habitat buaya yang sudah sangat sedikit akibat pembangunan yang dilakukan atau rusaknya habitat buaya, sehingga suplai makanan bagi buaya jadi berkurang.
“Oleh karena itu buaya mencari tempat lain agar ada suplai makanan. Jika nanti ada korban siapa yang akan disalahkan? Sedangkan habitat mereka ini diganggu. Yang terkait dengan ini harus segera mencari solusi agar tidak terjadi konflik,” katanya.
Sementara di Facebook, akun Fransiska Arliansyah mengatakan, kunci agar tidak terjadi konflik antara warga dan satwa adalah dengan menjaga kelestarian lingkungan. Perpindahan buaya dari tempatnya semula ke tempat yang dekat dengan keramaian masyarakat disebabkan habitat awalnya sudah rusak dan tercemar.
“Ini pentingnya untuk menjaga alam atau lingkungan. Harus sadar bahwa di alam ini manusia bukan penguasa. Ada makhluk lain yang juga harus diperhatikan, jangan diganggu kalau tidak mau diganggu,” katanya. (h/mg-rga)