PADANG, HARIANHALUAN.ID– PT Semen Padang menyelenggarakan pelatihan pembuatan kompos untuk mengurangi sampah organik rumah tangga dan mendukung program “Padang Bergoro” yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Padang.
Pelatihan ini akan memberikan keterampilan praktis kepada karyawan dalam mengolah sampah organik menjadi kompos, yang diharapkan dapat membantu mengurangi volume sampah rumah tangga.
Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang, Nur Anita Rahmawati, menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari dukungan perusahaan terhadap program pemerintah dalam pengelolaan sampah.
“Kami berkomitmen untuk mendukung program Pemko Padang dalam pengurangan sampah rumah tangga. Pelatihan pembuatan kompos ini adalah salah satu langkah nyata untuk mewujudkan hal tersebut, dimulai dari lingkungan internal perusahaan,” ujar Anita.
Menurut Anita, selain untuk mengurangi sampah, pelatihan ini juga bertujuan menciptakan agent of change di lingkungan PT Semen Padang. Karyawan yang terlibat diharapkan dapat mengedukasi rekan-rekan kerja dan masyarakat sekitar tentang pentingnya pengolahan sampah organik menjadi kompos.
“Kami berharap para agent of change ini dapat memperluas edukasi mengenai pengolahan sampah organik, tidak hanya di lingkungan perusahaan, tetapi juga di komunitas tempat mereka tinggal,” tambahnya.
Dalam pelatihan tersebut, Direktur Bank Sampah Panca Daya Kota Padang, Mina Dewi Sukmawati, menjelaskan langkah-langkah pembuatan kompos menggunakan metode ember. Metode ini memungkinkan peserta menghasilkan kompos cair dalam waktu dua minggu dan kompos padat dalam satu bulan.
Pertama, peserta diminta memilih komposter atau wadah yang tepat untuk pengolahan sampah organik. Salah satu pilihan yang disarankan adalah ember berlubang di bagian bawah untuk menampung kompos cair. “Ember ini perlu diberi alas agar sirkulasi udara tetap terjaga, sehingga proses penguraian berjalan optimal,” jelas Dewi.
Ia juga memaparkan prinsip dasar pembuatan kompos, yakni kombinasi bahan hijau yang kaya nitrogen dan bahan cokelat yang kaya karbon, ditambah air dan oksigen untuk mempercepat proses penguraian.
“Jenis sampah organik yang dimasukkan ke dalam komposter harus diperhatikan. Jangan masukkan daging, tulang, minyak, atau produk susu, karena bahan-bahan tersebut dapat menghambat proses penguraian dan menarik lalat serta belatung,” jelas Dewi lebih lanjut.
Setelah semua bahan tercampur, sampah organik perlu diaduk seminggu sekali agar proses penguraian berjalan lancar. Dalam waktu 1-2 minggu, mikroba akan mulai bekerja, dan setelah satu bulan kompos sudah bisa dipanen. “Kompos yang sudah jadi akan berwarna kehitaman dan tidak lagi mengeluarkan bau sampah. Teksturnya pun menyerupai tanah,” katanya. (*)