MENTAWAI,HARIANHALUAN.ID- Proyek pembangunan jalan dan normalisasi sungai di sesa Pasakiat Taileleu Kecamatan Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai diduga kuat sarat indikasi tindak pidana korupsi.
Alih-alih menjadi solusi bagi akses dan perlindungan wilayah dari ancaman banjir rob air laut, proyek bernilai miliaran rupiah itu justru menjadi sumber bencana baru bagi warga. Tak ayal, dua proyek ini menuai sumpah serapah masyarakat Taileleu.
Pantauan di lapangan, proyek pembangunan akses jalan penghubung antara desa Taileleu dan Pei-Pei yang selesai dikerjakan akhir tahun 2024 lalu, kini sudah terlihat hancur rusak parah.
Badan Jalan yang terlihat hanya ditimbun dengan pasir bercampur batu napal seadanya. Badan jalan berlubang dimana-mana. Akibatnya jalanan menjadi becek, licin berlumpur serta sulit dilalui kendaraan bermotor.
“Pengerasan jalan ini selesai pada akhir tahun 2024 lalu. Tapi sekarang bentuknya sudah seperti sawah. Kami curiga pengerjaannya tidak sesuai standar. Jalan hanya ditimbun dengan batu napa yang licin. Bukan material yang layak untuk dijadikan tanah pengerasan jalan,” ujar masyarakat desa Taileleu Masei Sapalekat.
Tidak hanya proyek pembangunan jalan yang mangkrak tak selesai. Proyek normalisasi sungai yang dilakukan di desa tersebut juga dilakukan asal jadi. Proyek yang semula diharapkan menyelesaikan persoalan banjir rob ini, justru malah semakin menyengsarakan warga sekitar.
“Kalau hujan atau pasang naik , air laut malah meluap dan merendam 30 rumah masyarakat di dusun Makodiai. Akses jalan menuju Taileleu, Kantor Kecamatan beserta rumah dinas Camat pun jadi terendam. Sebelum proyek normalisasi dilakukan hal seperti ini tidak pernah terjadi,” ucap tokoh masyarakat Pei-Pei Rafael Sakelak.
Mantan Kepala Dusun Pei-Pei ini mengaku, masyarakat tidak tahu identitas PT atau CV pelaksana proyek pengerasan jalan desa Taileleu dan normalisasi sungai yang berlangsung di daerah itu.
Sebab menurut dia, selama pengerjaan berlangsung pihak kontraktor atau pelaksana tidak pernah memasang papan pemberitahuan identitas proyek, alokasi anggaran proyek serta target pengerjaan sebagaimana seharusnya.
“Jangankan anggaran pengerjaan. Nama PT atau CV nya saja kami tidak tahu karena memang tidak ada papan pemberitahuan proyek. Namun yang jelas, kami tau nya dua proyek ini dilakukan kontraktor yang sama bernama Aliman,” tuturnya.