MENTAWAI,HARIANHALUAN.ID- Mantan Camat Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai Matheus Lajo mengungkap fakta baru dibalik tidak selesainya pembangunan ruas jalan penghubung antar dusun di desa Taileleu serta proyek normalisasi sungai Bat Peipei yang kini menjadi sumber kesengsaraan baru bagi ribuan masyarakat adat.
Menurut Matheus Lajo, pelaksanaan kedua proyek tersebut sejak awal memang sangat minim sosialisasi dan transparansi. Kontraktor proyek tidak pernah memasang plang identitas pelaksanaan proyek di lokasi kegiatan.
“Itulah alasannya kenapa masyarakat tidak mengetahui siapa pelaksanan proyek beserta nilai pagu anggaran yang sebenarnya. Masyarakat hanya tau dua proyek itu dikerjakan kontraktor bernama Aliman,” ujarnya kepada Haluan Senin (5/5/2025)
Matheus Lajo bercerita, proyek pembangunan jalan yang saat ini terkesan dikerjakan secara asal-asalan itu, pada awalnya ditargetkan akan di cor mulai dari Simpang tiga Taileleu menuju Dermaga Peipei
Namun dua tahun berjalan, harapan masyarakat Taileleu untuk memiliki jalan yang layak untuk dilalui tak kunjung terwujud. Proyek itu pun akhirnya mangkrak dan dinyatakan putus kontrak.
“Anehnya kontraktor yang sama malah diberi proyek baru. Yaitu proyek normalisasi sungai yang sampai saat ini tidak ada kejelasan dan menimbulkan masalah baru bagi warga setempat,” jelasnya.
Saking marahnya, Matheus bilang warga sempat merusak sebuah alat berat serta satu unit truk pengangkut pasir yang ditinggalkan kontraktor di lokasi. Masyarakat kesal karena kontraktor tidak membayar gaji pekerja dan tidak membayar ganti rugi tanaman masyarakat terdampak.
“Selaku camat saat itu saya sering menjadi sasaran kemarahan warga. Padahal sejak awal saya tidak pernah diajak berkomunikasi. Warga heran, kenapa kontraktor yang jelas-jelas telah gagal membangun jalan kembali diberi proyek normalisasi sungai,” tuturnya.