PADANG PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID- Musim kemarau yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Padang Pariaman, salah satunya Kecamatan Enam Lingkung, membawa dampak serius bagi para petani dan masyarakat luas. Kekeringan yang terjadi selama beberapa pekan terakhir menyebabkan lahan pertanian mengering, irigasi tidak berfungsi optimal, dan tanaman terancam gagal panen.
Salah satu kendala utama yang dihadapi masyarakat dalam menggarap sawah adalah terputusnya aliran air irigasi dari Banda Padang Laweh. Bendungan yang berada di kawasan Sicincin ini menjadi sumber utama pengairan Banda Irigasi, telah mengalami kerusakan atau jebol sejak beberapa tahun terakhir. Kondisi ini membuat aliran air ke sawah-sawah warga terganggu bahkan terhenti, sehingga lahan pertanian menjadi kering dan sulit diolah.
Para petani berharap agar perbaikan bendungan tersebut dapat segera dilakukan, mengingat air dari Banda Padang Laweh merupakan satu-satunya sumber utama pengairan sawah di wilayah ini.
“Kami benar-benar kesulitan untuk mengairi sawah dan ladang. Kalau sudah begini, hasil pertanian kami seperti padi, jagung, dan sayuran menurun drastis. Dampaknya juga terasa di pasar, harga mulai naik karena pasokan berkurang,” ungkap Marnelis, salah satu anggota Kelompok Tani Sanik Saiyo, Sabtu (5/7/2025).
Akibat kondisi air yang tidak memungkinkan untuk menggarap sawah, banyak masyarakat terpaksa berpindah profesi dari petani padi ke bercocok tanam di ladang, seperti menanam jagung dan cabai. Perubahan ini terpaksa dilakukan sebagai bentuk adaptasi terhadap keterbatasan air, meskipun hasil dan pendapatan dari ladang tidak selalu sebanding dengan hasil sawah yang biasa mereka kelola.
Marnelis menambahkan, meskipun pupuk subsidi tersedia dan pendistribusiannya lancar, cuaca tetap menjadi faktor penentu utama dalam keberhasilan pertanian. Tanpa air yang cukup, pupuk tidak akan memberikan hasil maksimal karena air merupakan unsur vital dalam proses bercocok tanam.
“Kami berharap pemerintah daerah segera mencarikan solusi nyata untuk para petani kecil seperti kami. Sebagian besar masyarakat di sini menggantungkan hidup dari bertani. Kami butuh aliran air yang stabil agar bisa terus menggarap sawah. Kalau tidak, bagaimana kami bisa bertahan,” ujarnya penuh harap.
Dengan kondisi kemarau yang diperkirakan masih akan berlangsung, masyarakat petani Kecamatan Enam Lingkung berharap ada tindakan cepat dari pihak terkait untuk perbaikan bendungan dan penyediaan solusi alternatif pengairan agar pertanian tetap bisa berjalan demi menjaga ketahanan pangan daerah. (*)