PADANG PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID-
Ada yang unik pada malam Ramadan di Nagari Parit Malintang Padang Pariaman, Sumatera Barat, bagi pengantin laki-laki “marapulai” baru mengantarkan juadah ke surau kaum.
Juadah diantar oleh marapulai ke surau kaumnya setelah berbuka puasa, lalu akan dimakan secara bersama setelah selesai solat tarawih dan doa bersama di tempat ibadah itu.
Makanan khas itu hanya diantar sekali seumur hidupnya oleh laki-laki Parit Malintang yang baru saja melaksanakan pesta perkawinan dengan rentan waktu antara lebaran tahun lalu sampai bulan puasa saat ini.
“Pengantaran Juadah ini bertujuan memberitahu kepada orang banyak atau masyarakat, bahwa pertanda tadi sore istri dari kemenakan kita sudah mengantarkan pabukoan untuk mertua dan mamak-mamak yang ada di suku masing-masing,” Ujar Zainuddin salah seorang tokoh masyarakat Padang Baru Parit Malintang yang ikut menikmati juadah tersebut, Selasa (26/3).
Ia menambahkan, ini adalah tradisi yang sudah dijalankan turun temurun, setiap anak daro (pengantin perempuan) baru mengantarkan pabukoan untuk mamak yang ada di kaum.
Lebih lanjut, masyarakat mengetahui tradisi pengantaran pabukoan itu sudah dilaksanakan setelah adanya tanda Juadah yang diantarkan ke surau.
Sebagaimana diketahui, Juadah merupakan antaran khas dalam setiap acara perkawinan atau acara keagamaan di Padang Pariaman. Biasanya, antaran ini disusun dalam talam yang besar.
Sebagaimana pantauan tim haluan di surau Kaum Guci Dt. Rangkayo Mulie di Korong Padang Baru Nagari Parit Malintang, antaran ini merupakan makanan pelengkap atau snack.
Isi dari juadah ini diantaranya, terdapat beberapa jenis penganan khas Padang Pariaman yang dibuat dalam ukuran yang besar, tapi nantinya dipotong kecil-kecil saat akan dihidangkan.
Lalu ada kue bolu, bubik, pinyaram, juadah tukua, jala bio, kue sangko, kipang, nasi manis, dan kanji. (*)