PADANG, HARIANHALUAN.ID– Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kota Padang menggencarkan simulasi bencana alam tsunami, kali ini dengan melibatkan anak-anak terkait tindakan evakuasi bencana.
Seperti simulasi yang dilakukan di Ummah Islamic Learner Center, Kelurahan Ulak Karang Utara, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar), pada Rabu (25/9/2024).
Supervisor Bidang Pusdalop BPBD, Orlando, menjelaskan bahwa simulasi ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan anak tentang bencana gempa bumi dan tsunami. kemudian, melatih mereka untuk melakukan tindakan penyelamatan diri yang tepat saat terjadi bencana.
“Melalui simulasi ini, kami ingin membekali anak-anak dengan kemampuan dasar menghadapi situasi darurat bencana, khususnya gempa bumi dan tsunami, mengingat Kota Padang termasuk wilayah yang rawan bencana,” ujar Orlando.
Padang memang berada di zona rawan bencana karena terletak di jalur Patahan Besar Sumatra dan Subduksi Indo-Australia. Orlando menjelaskan bahwa simulasi ini juga mengajarkan perbedaan zona risiko bencana alam yang terdiri dari zona merah untuk risiko tinggi, zona kuning untuk risiko sedang, dan zona hijau untuk risiko rendah.
“Zona merah artinya daerah yang paling rentan terhadap bencana, sementara zona kuning dan hijau menandakan tingkat kerentanan yang lebih rendah. Kami berharap, dengan edukasi ini, anak-anak lebih siap menghadapi potensi gempa atau tsunami,” tambahnya.
Orlando juga menyampaikan tanda-tanda datangnya tsunami, seperti gempa besar yang berlangsung lebih dari 30 detik, surutnya air laut secara tiba-tiba, dan perubahan perilaku hewan. Dalam situasi gempa, penting untuk tetap tenang, berlindung dari jatuhan benda, dan mencari tempat aman.
Sementara itu, Pengelola Ummah Islamic Learning Center, Jesica, menyambut baik kegiatan simulasi ini. Menurutnya, kegiatan ini sangat penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan anak usia dini terhadap bencana alam.
“Kegiatan ini memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi anak-anak, guru, dan orang tua untuk lebih siap menghadapi situasi bencana,” kata Jesica.
Qori, salah satu wali murid yang turut mendampingi anaknya dalam simulasi, juga mengapresiasi kegiatan ini. Ia menyebutkan bahwa simulasi seperti ini membantu mempersiapkan anak usia dini dan orang dewasa untuk mengambil langkah yang tepat saat bencana terjadi.
“Dengan adanya simulasi ini, kami berharap semua pihak bisa lebih siap menghadapi bencana sehingga dapat meminimalisir risiko dan kerugian,” tutup Qori. (*)