PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Bekas Kapal Perang Teluk Bone 511 yang terdampar di bibir Pantai Pauh, Kota Pariaman, menjadi daya tarik baru bagi wisatawan. Selama libur Lebaran, tidak sedikit pengunjung datang untuk menghilangkan rasa penasaran terhadap kapal raksasa itu.
Menurut pantauan Haluan, wisatawan yang menyambangi Pantai Pauh ramai melakukan swafoto dengan latar belakang Kapal Perang Teluk Bone 511. Pengunjung yang datang bervariasi, mulai dari muda-mudi hingga rombongan satu keluarga.
Salah seorang pengunjung, Ana mengatakan, ia baru kali ini menyaksikan hamparan kapal raksasa di tepi pantai. Menurutnya, penampakan kapal yang sudah tua terlihat begitu antik dan cocok menjadi objek foto.
“Hari ini pergi bersama teman. Kami mengambil beberapa foto diri dengan latar kapal yang hasilnya sangat cantik dan terkesan estetik,” katanya kepada Haluan, Sabtu (13/4/2024).
Pengunjung lain, Putri mengatakan, ia sudah lama mendengar kabar bahwa kapal perang yang terpakir di perairan Pantai Pauh terseret ombak hingga ke bibir pantai. Ia memanfaatkan momen libur Lebaran untuk mengajak anaknya bermain pasir sekaligus menyaksikan hamparan kapal raksasa.
“Sebelumnya sudah ada baca berita kalau kapal perang ini terhampar ke tepi pantai. Tapi baru sekarang bisa melihat langsung bentuk kapal perang yang sering disebut-sebut itu,” ujarnya.
Bekas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Bone 511 merupakan hibah dari Kementerian Pertahanan RI untuk Kota Pariaman. Kapal besar berukuran panjang 100 meter dan lebar 15 meter itu didatangkan ke perairan Pantai Pauh sejak September 2023.
Mulanya, posisi kapal berkisar tiga kilometer dari garis pantai. Namun, cuaca ekstrem pada beberapa waktu lalu menyebabkan jangkar dan tali penahannya putus, sehingga Kapal Perang Teluk Bone terseret sampai lebih kurang dua meter dari bibir pantai.
Inspektorat Kota Pariaman, Alfian Harun mengatakan, kondisi tersebut merupakan sebuah kesempatan baik. Sebab, pihak pemko sudah lama berusaha memindahkan kapal ke tepi pantai, tapi perairan yang dangkal menyulitkan pergeseran kapal.
“Kondisi yang kita dapati secara alam ini bisa dibilang sebuah nikmat. Sengsara membawa nikmat, karena semenjak kapal ini datang, secara teknis kita sudah coba menariknya. Namun, laut ini dangkal, sehingga hanya bisa menarik sekitar tiga kilometer ke arah bibir pantai,” katanya pada Jumat (5/4/2024).
Kendati begitu, posisi kapal saat ini jauh berbeda dari rencana. Sebelumnya, pemko berniat membuat museum bahari menggunakan kapal tersebut dengan denah lokasi yang sudah dirancang.
“Beda posisi sedikit dari rencana awal peletakan kapal untuk Museum Bahari. Namun, posisi saat ini harus kita amankan, sehingga tujuan kapal ini untuk objek wisata bisa termanfaatkan,” ujarnya.
Terakhir, Pemko Pariaman membuatkan kanal agar posisi kapal tetap aman berada di garis pantai. Pembuatan kanal juga diharapkan menghindari gelombang laut tinggi yang akan membuat Kapal Perang Teluk Bone 511 terseret menjauhi pantai. (*)