PAYAKUMBUH, HARIANHALUAN.ID- Kebanyakan warga etnis Tionghoa lebih mengutamakan asuransi kesehatan milik swasta ketimbang asuransi milik pemerintah seperti Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS Kesehatan). Tetapi itu tidak berlaku bagi pemuda etnis Tionghoa di Kota Payakumbuh.
Sebut saja namanya Edson Yarlie Kamsari (28), warga Kelurahan Nunang Daya Bangun Kecamatan Payakumbuh Barat. Menurut pria lajang tersebut, antara BPJS Kesehatan dengan asuransi kesehatan lainnya hampir sama. Yaitu sama-sama menjamin soal pembiayaan ketika melakukan pengobatan di rumah sakit.
“Masing-masing jaminan kesehatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya juga ikut sebagai peserta BPJS Kesehatan. Tidak perlu waktu lama untuk mengklaim atau memanfaatkan sebagai peserta apabila dibutuhkan,”ujar Edson Yarlie Kamsari pada Jumat (15/3/2024) siang.
Kata pria yang akrab disapa Edson itu, dalam memanfaatkan layanan BPJS Kesehatan tidak ribet, sangatlah mudah. Yang terpenting ketika melakukan pengobatan, syarat harus sesuai prosedur pada BPJS Kesehatan.
“Kita harus terdaftar aktif sebagai peserta BPJS Kesehatan. Membawa kartu saat berobat,”kata Edson. Dari pengalamannya yang pernah memanfaatkan layanan BPJS Kesehatan sebagai pasien rujukan dari fasilitas pertama di puskesmas, prosedur yang dilalui tidak ribet dan tidak berbelit.
“Di Puskesmas, kita memperlihatkan kartu berobat, menyerahkan kartu BPJS Kesehatan. Nanti setelah konsul dengan dokter kita bisa meminta rujukan ke rumah sakit. Di rumah sakit kita mendaftarkan, serahkan surat rujukan dari puskesmas dan katur BPJS Kesehatan nanti pilih poli berobat sesuai rujukan. Nanti akan dilayani dengan baik,”ujar Edson.
Selain untuk konsultasi dengan dokter terkait penyakit diderita, BPJS Kesehatan juga menjamin terhadap obat-obat yang diberikan dokter. Obat yang didapat di rumah sakit tersebut tidak lah bayar.