SIJUNJUNG,HARIANHALUAN.ID – Warga sekitar keluhkan dampak lingkungan dari keberadaan ternak burung puyuh di Jorong Pasar Tanjung Ampalu, Nagari Limo Koto, Kecamatan Koto VII, Sijunjung. Pasalnya, keberadaan ternak burung puyuh tersebut berada di area pemukiman warga setempat.
Salah seorang warga, Iges menyebutkan bahwa dampak lingkungan ini telah dirasakan sejak setahun lalu. “Baunya menyengat dan menyebar hingga ke rumah kami dan rumah warga lainnya. Dari bau menyengat itu banyak lalat hinggap ke rumah kami dan tentu sangat menggangu,” katanya kepada Haluan, Rabu (6/9).
Iges menceritakan, dampak lingkungan yang ditimbulkan mulai dirasakan enam bulan setelah peternakan puyuh itu didirikan. Bau menyengat yang menyebar mulai dirasakan dan meresahkan warga sekitarnya.
Lalu mewakili warga setempat lainnya Iges melayangkan surat pengaduan ke pihak berwenang pada bulan April 2022 lalu.
“Saya mengajukan pengaduan sesuai format suratnya yang berisikan keberatan warga akan keberadaan ternak puyuh di area pemukiman warga,” jelasnya.
Kemudian surat pengajuan diserahkan langsung ke tingkat jorong, nagari dan bahkan sampai ke dinas terkait (Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Pertanian dan Peternakan).
“Entah dari tanggapan surat itu atau bagaimananya, beberapa waktu setelah itu akhirnya pihak dinas mendatangi ternak puyuh itu. Kesalnya, kami dan warga tidak dilibatkan, sehingga kami tidak mengetahui secara jelas hasilnya,” ujarnya.
Hanya saja, lanjutnya, hasil kunjungan itu yang terdengar oleh warga adalah dinas terkait telah melakukan pembersihan area kandang dan menyuruh peternakan puyuh itu untuk mengurus izin budidayanya.
Namun berlanjut beberapa bulan setelahnya, dampaknya datang lagi bahkan lebih parah dari dampak sebelumnya. Bahkan setelah pengaduan pertama, belatung keluar dari area kandang dan mendekati rumah warga.
“Kemudian kami layangkan kembali surat pengaduan pada 11 Agustus kemarin ditambah 25 tanda tangan warga yang ikut terdampak. Dampak itu saya posting di media sosial, dan beberapa hari setelah itu pihak dinas datang lagi ke peternakan puyuh itu,” terangnya.
Lagi kedatangan pihak dinas tidak melibatkan warga, sehingga Iges sendiri langsung masuk ke kandang mengikuti kunjungan dinas tersebut.
“Yang saya dengar pihak dinas memberikan waktu kepada peternak puyuh untuk melakukan pemindahan kandang sesuai prosedur,” katanya.
Namun beberapa hari sampai sekarang ini Iges mewakili warga lainnya belum mendapatkan tindak lanjut dari pertemuan terakhir sebelumnya. Sedangkan bau menyengat dan banyak lalat masih mengganggu warga sekitar.
Dari keluhan ini Iges bersama warga lainnya hanya ingin ada konfirmasi secara jelas. Sehingga perkembangan dari tindak lanjut kunjungan dan pengaduan diketahui jelas.
“Kami tidak dilibatkan, jadi kami tidak tahu bagaimana kelanjutannya sampai hari ini. Lalu keluhan ini bagaimana pula kami meminta pertanggungjawabannya. Tidak mungkin kami harus membuat pengaduan lagi. Ini sudah 15 hari sejak kunjungan kedua kami tidak mendapatkan kejelasan apa-apa,” ujar Iges mengeluhkan. (h/mg-jum)