Kualitas Udara Akibat Erupsi Gunung Kerinci Berada di Level Aman

Erupsi Gunung Kerinci

Saat tim pengukur kualitas udara dari Dinas Perkim LH dan Perhubungan Solsel melakukan pengukuran di BBI Bukit Malintang, Solok Selatan, pada Sabtu (14/1/2023). IST

HARIANHALUAN.ID – Berdasarkan hasil pengujian kualitas udara ambien paramater PM2,5 yang dilakukan oleh Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, Lingkungan Hidup dan Perhubungan (Perkim, LH dan Perhubungan) Solok Selatan di kawasan Balai Benih Induk (BBI), atau Balai Penyuluh Pertanian Bukit Malintang Sangir pada Sabtu (14/1/2023) didapatkan hasilnya bahwa konsentrasi PM2,5 sebesar 14 mikrogram/NM3.

Adapun hasil dari pengujian kualitas udara dari dampak erupsi Gunung Kerinci ke wilayah Kabupaten Solok Selatan tersebut masih terbilang berada di level aman atau di bawah baku mutu.

Kepala Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Perkim LH dan Perhubungan Solok Selatan, Dedi mengatakan, berdasarkan PP RI Nomor 22 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dinyatakan bahwa batas baku mutu berada pada besaran 55 mikrogram/NM3.

“Dari hasil analisa dari pengujian kualitas udara akibat erupsi Gunung Kerinci yang terjadi di sekitaran Letter W dan Kubang Gajah menunjukkan bahwa hasil kualitas udaranya berada di baku mutu atau masih berada dalam kategori aman,” katanya kepada Haluan, Senin (16/1/2023).

Dari hasil analisa yang didapatkan tersebut, lanjut Dedi, kondisi udara masih aman. Artinya, belum berdampak besar bagi lingkungan. Sebab, hasil yang ditunjukkan masih jauh dari batas baku mutu yang telah ditetapkan.

Meskipun begitu, dampak dari erupsi Gunung Kerinci yang juga terjadi di sekitaran Solok Selatan tetap harus diwaspadai dan membutuhkan perhatian. Dampak dari erupsi sendiri juga memiliki dampak buruk yang ditimbulkan terhadap kesehatan, seperti ISPA, pneumonia dan bronkhitis, alergi radang atau iritasi pada mata, alergi radang atau infeksi pada kulit, gangguan pencernaan dan yang lainnya.

“Tapi dampak itu jika memang sudah melebihi standar baku mutu sebesar 55 mikrogram/NM3 tadi. Tapi dari hasil ini, yang cukup jauh dari standar baku mutu antisipasi dari masyarakatnya bisa berupa penggunaan masker, agar kesehatan masyarakat tetap terjaga di tengah dampak erupsi Gunung Kerinci tersebut,” katanya.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan telah melakukan mitigasi dari dampak erupsi Gunung Kerinci di daerah Letter W Lubuk Gadang Tenggara pada Kamis (12/1/2023) kemarin.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Solok Selatan, Novi Hendrik menyebutkan, dari hasil mitigasi tersebut memang ditemukan abu vulkanis di area pertanian dan atap rumah warga. Hal ini sebagai kesiapan langsung BPBD Solok Selatan untuk melakukan pantauan langsung dari dampak erupsi Gunung Kerinci yang telah erupsi beberapa kali tersebut.

Namun selain mitigasi dampak erupsi yang dilakukan langsung, BPBD Solok Selatan juga telah menyalurkan langsung bantuan masker kepada Nagari Lubuk Gadang Utara, yang menjadi daerah terdampak dari erupsi Gunung Kerinci tersebut.

“Ini sebagai langkah antisipasi yang kita lakukan, agar kesehatan masyarakat yang tinggal dekat kawasan Gunung Kerinci bisa terjaga tanpa menimbulkan dampak kesehatan yang lebih serius. Kita berharap ini tidak akan berdampak lebih dan Gunung Kerinci kembali normal lagi dan lingkungan di sekitar tetap aman dan sehat bagi aktivitas masyarakat, baik yang bertani di sana maupun bagi yang lainnya,” katanya. (*)

Exit mobile version