“Kedua, ini estafet dari kedua kelarasan yang bersatu untuk membangun dan mewujudkan nama Solok Selatan melalui Konferensi Timbulun. Jadi proses pemekeran hingga kemajuan sekarang ini tidak terlepas dari program, kerja sama, dan kolaborasi masyarakat untuk membangun Solok Selatan ini,” katanya.
Selanjutnya pada bagian ketiga, poin ini memang mengaitkan langsung perjalanan Solok Selatan dengan kekuatan Islam sebagai dasar pembangunan. Pondasi ABS-SBK menjadi pijakan kuat masyarakat Solok Selatan untuk bisa mandiri dan mewujudkan kesejahteraan.
Sehingga pada momentum perhelatan MTQN XL Tingkat Provinsi Sumbar ini, Cahaya Qur’ani di Alam Sarantau Sasurambi dihadirkan sebagai penggambaran perjalanan kepada masyarakat Solok Selatan.
“Jadi tiga hal inilah yang kemudian mendasari konsep kami untuk melahirkan tari massal ini. Sebagai wujudnya kami menerapkan langsung konsep kerja sama dan berkolaborasi itu sendiri. Kami bekerja sama dengan instansi terkait dan juga melakukan konsultasi-konsultasi,” katanya.
Konsep artistik yang diciptakan oleh Cahaya Qur’ani di Alam Sarantau Sasurambi itu sendiri, dikaitkan langsung dengan identitas Solok Selatan. Penggunaan warna oranye sebagai warna ciri khas daerah, dipadukan dengan warna putih sebagai lambang keislaman Solok Selatan yang akan menjadi cahaya penerang.
Kemudian untuk keterlibatan penari, tari massal ini dinahkodai langsung oleh Komunitas Payung Sumatera. Payung Sumatra melibatkan sebanyak 150 penari dari talen-talen Solok Selatan dari sekolah, sanggar seni, mahasiswa, dan yang lainnya.