Mobilitas Pemudik Menuju Sumbar Tahun Ini Menurun Signifikan

Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di jalan lintas Padang–Bukittinggi, tepatnya di persimpangan Koto Baru, Senin (7/4). Arus kendaraan telah mulai kembali padat pada puncak arus balik Idulfitri 1446 Hijriah.

PADANG, HARIANHALUAN.ID — Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) mencatat, pergerakan pemudik dari provinsi lain menuju wilayah Sumbar selama masa mudik Idulfitri 1446 H/Lebaran 2025 M mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun lalu. Adanya kebijakan efisiensi anggaran dan lesunya perekonomian ditengarai menjadi penyebab utama banyaknya perantau yang memilih untuk tidak mudik ke Sumbar tahun ini.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Sumbar, Dedy Diantolani menyampaikan, penurunan tersebut salah satunya dapat dilihat dari jumlah kendaraan pemudik yang masuk dari wilayah Riau menuju wilayah Sumbar. Seperti diketahui, setiap tahun Riau selalu menjadi “penyumbang” terbesar pemudik yang pulang kampung ke Sumbar selama masa mudik Lebaran.

Tercatat, jumlah motor dan mobil pribadi dari Riau yang masuk ke wilayah Sumbar melalui perbatasan Sumbar-Riau di Kabupaten Limapuluh Kota, maupun sebaliknya, selama masa Angkutan Lebaran tahun ini hanya berjumlah 105.406 unit kendaraan.

Pencatatan jumlah kendaraan keluar-masuk wilayah Sumbar ini dilakukan petugas Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Sumbar di jembatan timbang Tanjung Balit selama masa Angkutan Lebaran 2025 yang berlangsung sejak 24 Maret hingga 7 April 2025 kemarin.

“Rinciannya, 53.180 kendaraan masuk dan 51.866 kendaraan keluar kendaraan. Persentase penurunan jumlah kendaraan keluar dan masuk wilayah Sumbar dari wilayah Riau pada masa Angkutan Lebaran tahun ini mungkin ada sekitar 8 persenan,” ujarnya kepada Haluan, Senin (7/4).

Sebagai perbandingan, data Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Kepolisian Daerah (Polda) Sumbar menunjukkan, jumlah kendaraan yang keluar-masuk dari wilayah Riau menuju Sumbar, maupun sebaliknya, yang melewati posko pencatatan di jembatan timbang Tanjung Balit pada masa Angkutan Lebaran 2024 lalu berjumlah sebanyak 139.609 unit. Dengan rincian, 79.867 unit kendaraan masuk dan 59.742 kendaraan keluar.

Menurut Dedy, penurunan tingkat mobilitas masyarakat pada masa mudik Lebaran tahun ini memang cukup mengherankan. Padahal durasi masa libur sekolah dan cuti bersama tahun ini jauh lebih panjang dari tahun-tahun sebelumnya.

“Penurunannya memang sekitar delapan persen. Penyebabnya kami belum tahu pasti. Tapi ada kemungkinan karena kebijakan efisiensi anggaran. Saya rasa arahnya memang ke sana,” ucapnya.

Terlepas dari situasi terkini sosial-ekonomi masyarakat yang mempengaruhi arus mobilitas pada musim libur Lebaran tahun ini, Kadishub menyebut jumlah kendaraan yang tercatat keluar-masuk wilayah Sumbar selama hampir tiga minggu masa Angkutan Lebaran 2025 terbilang fluktuatif.

Namun, diketahui puncak lonjakan arus mudik terjadi pada tanggal 1 April 2025, dengan jumlah kendaraan yang melintasi gerbang perbatasan Sumbar-Riau di jembatan timbang Tanjung Balit mencapai angka 10 ribu unit lebih kendaraan. “Jumlah itu didominasi mobil pribadi dan sepeda motor. Tidak termasuk kendaraan barang. Sebab mulai tanggal 24 Maret kami sudah memberlakukan pembatasan operasional kendaraan bersumbu tiga,” ucapnya.

Secara umum, ia menyatakan bahwa kondisi arus lalu lintas di seluruh wilayah kabupaten/kota pada musim libur Lebaran tahun ini cukup ramai lancar dan tidak ada kemacetan panjang yang begitu menyolok.

Sampai sejauh ini, insiden kecelakaan lalu lintas yang cukup besar hanya terjadi di ruas jalan alternatif Sicincin–Malalak pada Minggu (6/4) siang sekitar pukul 12.00 WIB. Kecelakaan tunggal itu melibatkan bus pariwisata Laluna Korona tujuan Bukittinggi–Palembang.

Bus nahas yang mengangkut 42 orang, yang terdiri dari satu sopir, dua kernet, dua agen bus serta 37 penumpang, itu hilang kendali dan terbalik di Kelok Batu Hitam, Malalak usai menabrak tumpukan batu yang ada di pinggir jalan.

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Namun demikian, sopir beserta tiga orang penumpang bus mengalami luka berat sehingga harus dilarikan ke RSAM Bukittinggi. Sementara sejumlah penumpang lainnya, mengalami luka ringan dan dibawa ke Puskesmas Malalak untuk mendapatkan perawatan.

Menurut Dedy, kawasan Kelok Hitam yang menjadi lokasi kecelakaan di ruas jalan alternatif Malalak–Sicincin memang memiliki kontur jalan cukup ekstrem, sehingga sopir harus benar-benar berhati-hati dan mengenali medan jalan serta seluruh komponen kendaraan harus berada dalam kondisi prima tanpa kerusakan.

“Terkait kecelakaan bus pariwisata terbalik, sepertinya sopir tidak mengenal medan. Bus pun berada dalam kondisi tidak laik jalan, karena setelah kami cek, ternyata KIR-nya mati. Kalau untuk perangkat keselamatan seperti kaca cembung ataupun rambu-rambu keselamatan, sudah kami pasang di Malalak sejak sebelum dimulainya musim mudik Lebaran,” ucapnya.

Terlepas dari itu semua, arus lalu lintas pada masa mudik maupun arus balik tahun ini pada umumnya berada dalam kondisi ramai lancar dan kondusif. Ia meyakini kondisi ini tidak terlepas dari panjangnya durasi masa libur sekolah, cuti bersama, hingga kebijakan Work from Home (WFH) yang diberlakukan pemerintah bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah (pemda).

“Tahun ini masa libur cukup panjang. Dari tanggal 21 Maret pemudik sudah mulai bergerak pulang kampung, sehingga arus kendaraan cukup landau Meskipun pada tanggal 30 April dan 1 Maret sudah mulai terjadi lonjakan kendaraan,” kata Dedy. (*)

Exit mobile version