PARIAMAN, HARIANHALUAN.ID – Kota Pariaman kembali menyiapkan iven tahunan Festival Budaya Tabuik yang akan berlangsung selama sepuluh hari pertama bulan Muharam, pada 27 Juni sampai 6 Juli 2025. Kegiatan akbar ini merupakan pesta budaya yang bukan hanya menjadi ikon lokal, tetapi juga magnet wisatawan dari berbagai daerah.
Wali Kota Pariaman, Yota Balad mengatakan, Tabuik menjadi budaya turun temurun yang selalu dijaga keaslian nilai-nilainya. Namun, tetap berpegang pada falsafah minangkabau adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, sehingga tidak melenceng dari syariat Islam.
“Tabuik merupakan budaya yang sudah turun-temurun bagi masyarakat lokal. Tidak ada ritual agama, murni kegiatan budaya yang difokuskan sebagai ikon pariwisata Kota Pariaman,” kata dia saat ditemui Haluan, Kamis (19/6).
Ia menuturkan, Festival Budaya Tabuik kali ini akan lebih meriah dari biasanya dengan berbagai kegiatan pendukung mulai dari pertunjukan seni, parade budaya, hingga sektor sport tourism yang tengah dikembangkan sebagai salah satu program unggulan walikota dan wakil walikota selama lima tahun ke depan.
“Selain batabuik, kita juga mengadakan iven olahraga tenis skala internasional dan kejuaraan sepatu roda tingkat nasional yang akan diselenggarakan bertepatan dengan hari H festival. Kegiatan ini mendatangkan tamu, tidak hanya dari luar Sumbar, tetapi juga luar negeri seperti dari Malaysia dan Singapura,” tuturnya.
Yota optimis, adanya kejuaraan olahraga yang akan mendatangkan wisatawan dari luar negeri dapat semakin memeriahkan festival, sehingga perputaran uang di Kota Pariaman juga meningkat. Ini merupakan langkah pertama dari cita-citanya untuk menjadikan Tabuik sebagai ikon pariwisata lokal yang mendunia.
“Target kita selama lima tahun kepemimpinan ini, Budaya Tabuik bisa menjadi iven yang mendunia. Kita berharap ikon Kota Pariaman tersebut tidak hanya menjangkau minat wisatawan luar daerah, tetapi juga wisatawan luar negeri,” katanya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kegiatan batabuik selalu ditunggu-tunggu masyarakat khususnya pelaku UMKM lokal. Tidak hanya meningkatkan pendapatan asli daerah, perputaran uang yang berlangsung selama sepuluh hari kegiatan turut meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
“Kita sudah mulai melihat dampaknya, seperti ketersediaan penginapan untuk tanggal 27 sampai 29 Juni itu sudah banyak yang memesan, bahkan banyak yang sudah penuh. Selain itu, kita juga sudah mendorong pelaku UMKM memproduksi souvenir khas Pariaman agar bisa menjadi buah tangan para wisatawan nantinya,” kata dia.
Di samping itu, Yota tetap mengerahkan sumber daya untuk melakukan promosi aktif untuk mengajak para wisatawan menyaksikan perhelatan budaya Tabuik. Promosi dilakukan dengan memanfaatkan media sosial dan papan reklame atau spanduk yang digencarkan jelang batabuik hingga hari terakhir kegiatan yang menjadi puncak acara.
Sebelumnya, ia juga aktif melakukan promosi Tabuik ketika melakukan kunjungan ke luar daerah. Salah satunya, promosi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada beberapa waktu lalu yang disebut mendapat respons luar biasa dari publik.
“Melihat promosi yang sudah kita gencarkan, serta kegiatan pendukung yang berskala nasional dan internasional ini, kita targetkan kunjungan iven Tabuik paling sedikit 500 ribu jiwa. Dengan perkiraan perputaran uang lima sampai sepulih miliar rupiah,” tuturnya. (*)