PADANG, HARIANHALUAN.ID — Data terbaru dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) menunjukkan bahwa jumlah kasus kekerasan di Sumatera Barat hingga pertengahan tahun 2025 telah mencapai 355 kasus.
Dari jumlah itu, sebanyak 280 korban adalah perempuan, menjadikan mereka sebagai kelompok paling rentan terhadap kekerasan di wilayah tersebut.
Secara geografis, Kota Padang menjadi daerah dengan jumlah kasus tertinggi, yaitu 44 kasus, disusul oleh Kabupaten Dharmasraya dengan 43 kasus, dan Kabupaten Pesisir Selatan dengan 41 kasus.
Sementara itu, Kabupaten Agam dan Tanah Datar masing-masing mencatat 27 dan 26 kasus. Di sisi lain, Limapuluh Kota dan Kabupaten Solok menjadi wilayah dengan angka kekerasan paling rendah, yakni hanya 2 dan 4 kasus.
Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Sumatera Barat, Desra Elena, menyebut lonjakan ini terjadi akibat dua faktor utama.
“Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melapor dan/atau benar-benar meningkatnya kekerasan di lapangan. Selama ini banyak korban takut melapor karena pelakunya orang dekat. Tapi sekarang mulai ada keberanian,” ujarnya kepada Haluan, Senin (7/7).
Sebagai bentuk respons, Pemerintah Provinsi Sumbar telah meluncurkan sejumlah program pencegahan, termasuk program “Sahabat PPA” yang menyasar pelajar SMA/SMK dan sederajat.