“Eh, Rabu sore, saya kaget. Uda bilang mau ke Padang lagi. Apa ndak salah nih. Rupanya betul, subuh kemarin, kami berangkat lagi dari Jakarta ke Padang. Dari BIM, langsung ke Pariaman. Taragak kampuang Uda rupanya,” kata Hj. Elita Basko, tersenyum.
Maka bernostalgialah Basko di kampung. “Pak Mukhlis ko (Mukhlis Rahman-red), teman main kelereng dan main bola Uda masa kecil,” kata Basko. Wali Kota Pariaman dua periode (2008-2018) yang duduk di depannya, menganggukan kepala.
“Beliau ini sudah lincah dari kecil,” ujar Mukhlis Rahman.
Meski lincah dan terkenal cerdas sejak kecil, karena ekonomi keluarga yang terbatas, akhirnya Basko kecil terpaksa berhenti sekolah. Tidak tamat SD. Merantau ke Pekanbaru.
“Tidak hanya ekonomi terbatas. Tapi super terbatas. Amak Uda tungga babeleng, asli Kampuang Ladang. Abak di Padusunan. Di Padusunan inilah saya lahir. Kami jangankan punya kebun, sebatang kelapa pun tak punya,” kata Basko mengenang.
Sayang rumah tempat kelahiran Basko itu, sudah tidak ada lagi di Padusunan. Tapi, Basko bersama istri dan dua putranya Bernando dan Wendo, sempat berhenti dan menatap sesaat lokasi bekas rumah tempat kelahirannya itu.