Hidangan halal berikutnya kami nikmati saat makan siang di Restoran Muslim Yuanfu di Kota Lijiang, dalam perjalanan menuju Shadian, kota muslim di Honghe. Kami menemukan restoran halal ini berkat panduan Bro Joe dan A Kang, sopir bus pariwisata yang kami sewa. Selain sopir yang baik, A Kang adalah pemandu wisata yang andal. Ia tahu tempat-tempat terbaik untuk menemukan restoran halal yang kami perlukan.
Menu di restoran muslim Yuanfu mirip dengan hidangan di Mosuo. Ada sup domba dan sup daging, serta aneka sayur hijau yang ditumis, serta goreng terong yang diolah lezat sekali. Di rumah makan Yuanfu ini kami bahkan bisa melihat proses memasak makanan oleh sepasang suami dan istri yang berhijab. Dapurnya ditempatkan di depan restoran. Senator Irman Gusman dan Buya Shofwan Karim bahkan ikut turun tangan mengaduk masakan di belanga sup panas yang mengepulkan asap. Selain restoran, Yuanfu juga menjual bahan makanan halal seperti daging sapi dan domba.
Selepas dari Lijiang, dalam perjalanan menuju Kota Xu Chiong, sopir kami mengarahkan ke sebuah restoran muslim di Kota Dali untuk makan malam. Restoran di Dali Bai ini dikelola oleh keluarga Hui Muslim bernama Osman dan istrinya Fatimah. Malam itu juga ada anak perempuan mereka yang bernama Maryam. Melalui penerjemah Kahar The, Osman bercerita bahwa ia dan istrinya sekarang sedang menunggu antrian untuk menunaikan haji ke Mekah. Almarhum kakeknya, katanya, adalah seorang Muslim yang taat, dan selama hidupnya tujuh kali naik haji. “Saya baru akan sekali,” katanya.
Kelezatan masakan China Muslim juga kami nikmati pada waktu makan siang dijamak makan malam di Shadian, kota kecil berpenduduk mayoritas Islam di Prefektur Honghe. Menu utamanya nyaris sama dengan restoran muslim sebelumnya, tapi kali ini ada hidangan istimewa berupa ikan nila steam yang kaya bumbu. Saking enaknya, Bu Lies, istri Irman Gusman, minta tambah satu porsi lagi. Namun yang mengejutkan, ketika hendak membayar hanya ditagih 400 yuan atau kurang dari satu juta rupiah. Padahal sudah makan besar sepuasnya untuk 12 orang.
Menurut Kahar The yang jadi kasir pembayar setiap kali makan, rata-rata harga makanan di restoran muslim lebih murah dari rata-rata harga makanan umumnya di China. “Ini mungkin rezeki Bapak/Ibu semua. Makanan halal di Yunnan ini ternyata tidak hanya lezat di rasa, tapi juga ramah di kantong,” kata Kahar setengah bercanda. Yang lebih mengejutkan lagi, adalah harga makanan di restoran milik Osman di Dali. Hanya 264 yuan (lk Rp550 ribu) untuk dua meja hidangan makan 12 orang. Lebih murah daripada makan di restoran kelas menengah di Padang.
Keramah-tamahan nampaknya merata setiap tempat wisata dan pelayanan umum, hotel, dan restoran di China. Setidaknya begitulah pengalaman kami. Sebelum ke Shadian, kami menginap semalam di Chu Xiong Hotel, penginapan bintang 4 di Kota Chu Xiong. Pesannya mendadak, karena ada perusahaan lokasi menginap, dan kami minta disediakan tempat sarapan terpisah yang halal friendly.
Besok pagi, kami diberi tahu telah disediakan satu ruangan khusus dengan meja besar untuk 12 orang dengan menu halal. Pelayanannya begitu memuaskan. Kami minta tambahan telur rebus empat butir untuk Pak Gamawan dan Ibu Vita yang terlambat turun, eh malah diberikan satu keranjang (lebih 10 butir). Makanan lain juga terus ditambah. Karena merasa sangat puas dengan pelayanan hotel tersebut, Ibu Lies Irman dan Ibu Vita Gamawan berinisiatif memberikan tip untuk seluruh pelayan di tempat sarapan itu. Namun para pelayanan perempuan itu dengan sopan tapi tegas menolak tip tersebut. Untuk menjelaskan masalahnya, salah seorang memanggil manajer hotel. Sang manajer kemudian datang untuk menjelaskan bahwa karyawan di hotel mereka tidak menerima tip. Hal itu bukan hanya di Chu Xiong, tapi di seluruh China, katanya.