“Belanja pemerintah yang naik cukup tinggi belum mendorong pertumbuhan lebih signifikan dibanding daerah lain. Ini menandakan belanja belum produktif,” kata Ronny. Ia menilai impor yang tinggi tanpa diimbangi ekspor serta minimnya investasi membuat penyerapan tenaga kerja baru kurang optimal.
Ronny mengingatkan kepemimpinan baru di Sumbar, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, untuk segera mencari terobosan di kuartal III dan IV. “Jangan sampai pertumbuhan tahunan 2025 kembali tertinggal jauh di bawah rata-rata nasional. Kita butuh lebih dari sekadar narasi manis atau selebrasi di media sosial,” ujarnya.
Ia mengkritisi kecenderungan para pejabat daerah yang sibuk menonjolkan kunjungan tokoh nasional asal Sumbar di media sosial, sementara sektor riil belum tersentuh langkah strategis. “Kalau pemimpin baru tidak membawa pembeda, mereka akan terjebak rutinitas pemerintahan yang tak simetris dengan kebutuhan ekonomi riil daerah,” ucapnya. (*)