PADANG, HARIANHALUAN.ID — Derasnya arus persaingan di dunia konstruksi Sumatera Barat (Sumbar) kerap dituding sebagai biang tumbangnya kontraktor lokal. Namun, Kepala Dinas Bina Marga Cipta Karya dan Tata Ruang (BMCKTR) Provinsi Sumbar, Era Sukma Munaf, menilai masalah sesungguhnya bukan di kompetitor luar, melainkan minimnya profesionalisme sebagian kontraktor lokal sendiri.
Era Sukma menegaskan, industri konstruksi saat ini sudah beroperasi secara nasional tanpa sekat wilayah. Perusahaan Sumbar bisa ikut bersaing di provinsi lain, begitu pula sebaliknya. Dengan sistem terbuka, faktor penentu hanya satu, kualitas.
“Kalau profesional, pasti dapat pekerjaan. Tapi yang sering terjadi, sudah menang tender, malah putus kontrak di tengah jalan. Kontraktor seperti inilah yang tidak kita inginkan,” ujarnya kepada Haluan, Rabu (13/8/2025).
Baca Juga: Ribuan Kontraktor Lokal di Sumbar Berguguran! Hanya Tersisa 275 dari 1.800 Perusahaan
Menurutnya, sistem pengadaan pemerintah saat ini sepenuhnya berbasis lelang terbuka, termasuk melalui Katalog Elektronik versi terbaru (V6). Skema penunjukan langsung (PL) jumlahnya kini sangat terbatas.
“Di Dinas BMCKTR, penunjukan langsung hanya tiga paket, itu pun untuk kontraktor yang benar-benar qualified dan punya rekam jejak baik. Sedangkan swakelola hanya berlaku untuk pekerjaan rutin, bukan belanja modal,” katanya.
Era juga menanggapi soal proyek irigasi dan revitalisasi sekolah yang dikerjakan secara swakelola di instansi lain. Ia menegaskan BMCKTR hanya terlibat pada tahap assessment anggaran, bukan pengawasan mutu pekerjaan.
Fenomena lain yang ikut disorot adalah banyaknya kontraktor ganda di Sumbar. Satu orang bisa memiliki hingga 10 perusahaan berbeda. “Jumlah perusahaan kelihatannya banyak, padahal orangnya itu-itu juga. Jadi sebenarnya persaingan antar pemain di balik layar relatif kecil,” ucapnya.
Melihat kondisi tersebut, Era mengimbau para kontraktor lokal untuk berbenah dan meningkatkan standar kerja. “Kalau mau bertahan, tingkatkan profesionalisme. Jangan hanya mengandalkan keberuntungan atau kedekatan. Sekarang yang bicara itu kualitas kerja,” tuturnya. (*)