Ia juga menyampaikan bahwa peran dosen dan teman-teman kampus sangat membantu dalam membentuk mentalitas kompetitif dan percaya diri. Namun, refleksi paling dalam justru datang dari versi dirinya di masa lalu.
“Saya tidak ingin mengecewakan anak kecil dalam diri saya yang dulu hanya berani bermimpi. Sekarang saya punya tanggung jawab untuk membuktikan bahwa mimpi itu bukan mustahil,” ujarnya.
Berbekal motto hidup “Tumbuhlah melalui apa yang kamu alami”, Nisa terus melangkah dengan visi yang jelas, yaitu menjadi pribadi yang tak hanya berkembang, tetapi juga bermanfaat.
“Saya ingin menciptakan ruang-ruang kontribusi nyata, khususnya di bidang sosial dan pengembangan diri mahasiswa. Saya percaya, warisan terbaik bukan selalu harta, kadang satu doa dari orang tua bisa membuka jalan hidup kita,” kata Nisa.
Kisah Nisa adalah pengingat bahwa keberanian untuk bertanya bisa menjadi awal perjalanan luar biasa. Dari rasa penasaran lahirlah tekad, dan dari tekad itulah terbentuk pribadi yang mampu menjadi jembatan antara suara dan perubahan. (*)