PADANG, HARIANHALUAN.ID —Tragedi meninggalnya wisatawan di salah satu lokasi glamorous camping (glamping) di Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok beberapa waktu yang lalu meninggalkan duka mendalam sekaligus pukulan telak bagi citra pariwisata Sumatera Barat (Sumbar). Kejadian tersebut juga menyisakan tanda tanya besar terkait standar keamanan wisata di Sumbar.
Pengamat Destinasi Pariwisata Politeknik Negeri Padang (PNP), Rafidola Mareta Riesa, menilai insiden tersebut akan berdampak signifikan terhadap tingkat kepercayaan publik terhadap sektor pariwisata, baik di Kabupaten Solok maupun di Sumbar secara umum.
“Pertama-tama, saya pribadi ikut berduka atas kejadian yang terjadi. Semoga almarhumah husnul khotimah dan suami korban bisa segera pulih, serta keluarga diberikan ketabahan. Namun di sisi lain, ini menjadi perhatian dan evaluasi bagi sektor pariwisata Kabupaten Solok maupun Sumbar pada umumnya,” kata Rafidola kepada Haluan, Minggu (12/10).
Sedikit banyaknya, ujar Rafidola, kejadian tersebut tentu akan mempengaruhi kepercayaan wisatawan yang kini menjadi khawatir terhadap keselamatan saat berkunjung. Menurutnya, pemerintah daerah (pemda) dan pelaku industri pariwisata tidak bisa tinggal diam. Respons cepat dan langkah konkret dibutuhkan untuk memulihkan kembali kepercayaan publik.
Ia menegaskan bahwa pengembangan pariwisata tidak seharusnya hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi semata, melainkan juga harus berlandaskan pada pemahaman yang menyeluruh mengenai standar keselamatan dan kenyamanan wisatawan.
“Ini persoalan kita bersama dan harus dicarikan solusi. Saya selalu menekankan bahwa tourism is not about the money, pariwisata bukan semata soal ‘pitih masuak’. Dalam membuka objek wisata, kita tidak bisa asal-asalan meniru konsep orang lain dengan prinsip Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM) tanpa benar-benar memahami konteks dan penerapannya,” katanya.