Semua, kebagian baju seragam tiga stel. Kota ini patut dan wajib kita akui sebagai kota yang peduli pada rakyatnya yang susah! Kota ini juga yang selalu melaksanakan berbagai iven pariwisata dan kebudayaan.
Kota ini juga yang memiliki homestay dan sekaligus melaksanakan Festival Home Stay. Bahkan homestay di kota ini mendapat penghargaan terbaik di Asean. Kota ini pula yang membuka ruang bagi pertumbuhan ekonomi menengah, dengan membuka berbagai sentra usaha seperti Museum Songket terbuka.
Tersebutlah ketika Erick Thohir, Menteri BUMN kita bertanya kepada Wali Kota Deri Asta, apa yang bisa dilakukan untuk menghidupkan Sawahlunto. Ditanya begitu, terlompat pikiran bernas Deri Asta, salah satu cara menghidupkan Kota Sawahlunto adalah dengan menghidupkan kembali jalur kereta api.
Mendengar hal tersebut, Erick seperti bertepuk bahagia. “Saya tidak punya APBN, yang saya punya adalah BUMN!” ujar Erick seraya mengatakan bahwa 5 BUMN siap mendukung gagasan menghidupkan jalur kereta api itu.
Saat itu juga terkumpul uang Rp20 miliar. Hasilnya, untuk lima kilometer jalur kereta api siap menjalar kembali. Ada kereta api untuk transportasi dan ada kereta api untuk pariwisata. Kereta api yang baru untuk transportasi, sedangkan kereta api yang lama untuk pariwisata.
Dan, kini dalam waktu dekat akan terdengar nyanyian “Naik kereta api…tut…tut siapa hendak ke Sawahlunto!”. Sungguh, kota ini benar-benar kota yang tumbuh dalam kecerdasan berpikir dan inovasi seorang wali kotanya.