HARIANHALUAN.ID — Kebijakan Pemerintah Kota (Pemko) Sawahlunto benar-benar peduli kepada rakyat, sehingga sangat menyentuh ruang kebutuhan masyarakat.
Soal, konsep kembali ke surau sudah dua tahun silam dilaksanakan. Kini, di Sawahlunto terdapat 50 rumah tahfiz Al-Qur’an. Kota ini juga yang memberikan jaminan BPJS bagi warganya.
Hampir setengah dari jumlah warga kotanya yang tidak mampu, BPJS-nya disubsidi oleh pemerintah kota. Sawahlunto, kota orang-orang cerdas itu, benar-benar membangun untuk orang banyak.
Banyak di antara kita yang berpikir “purbatif ” ketika menganggap pembangunan hanyalah soal fisik saja. Kota ini, hadir untuk menciptakan kesejahteraan, kenyamanan dan keamanan di zona kehidupan bersama.
Kota ini juga yang dikenal sebagai kota “miniatur” Indonesia. Kota beragam suku bangsa, hidup damai dalam nuansa toleransi yang bertenggang rasa. Kota Sawahlunto, diakui sebagai kota heritage dunia adalah kota yang maju dalam pembangunan pendidikan.
Ketika wali kotanya senantiasa mendukung anak mudanya yang kuliah, dengan cara memberikan “penghargaan” bagi mereka yang ber-IP di atas tiga. Kota ini juga yang memberikan seragam sekolah sebanyak tiga stel, mulai dari tingkat TK hingga siswa SMP.
Semua, kebagian baju seragam tiga stel. Kota ini patut dan wajib kita akui sebagai kota yang peduli pada rakyatnya yang susah! Kota ini juga yang selalu melaksanakan berbagai iven pariwisata dan kebudayaan.
Kota ini juga yang memiliki homestay dan sekaligus melaksanakan Festival Home Stay. Bahkan homestay di kota ini mendapat penghargaan terbaik di Asean. Kota ini pula yang membuka ruang bagi pertumbuhan ekonomi menengah, dengan membuka berbagai sentra usaha seperti Museum Songket terbuka.
Tersebutlah ketika Erick Thohir, Menteri BUMN kita bertanya kepada Wali Kota Deri Asta, apa yang bisa dilakukan untuk menghidupkan Sawahlunto. Ditanya begitu, terlompat pikiran bernas Deri Asta, salah satu cara menghidupkan Kota Sawahlunto adalah dengan menghidupkan kembali jalur kereta api.
Mendengar hal tersebut, Erick seperti bertepuk bahagia. “Saya tidak punya APBN, yang saya punya adalah BUMN!” ujar Erick seraya mengatakan bahwa 5 BUMN siap mendukung gagasan menghidupkan jalur kereta api itu.
Saat itu juga terkumpul uang Rp20 miliar. Hasilnya, untuk lima kilometer jalur kereta api siap menjalar kembali. Ada kereta api untuk transportasi dan ada kereta api untuk pariwisata. Kereta api yang baru untuk transportasi, sedangkan kereta api yang lama untuk pariwisata.
Dan, kini dalam waktu dekat akan terdengar nyanyian “Naik kereta api…tut…tut siapa hendak ke Sawahlunto!”. Sungguh, kota ini benar-benar kota yang tumbuh dalam kecerdasan berpikir dan inovasi seorang wali kotanya.
Yakni, Deri Asta. Semua ini terungkap dari hasil diskusi Haluan dengan Wali Kota Deri Asta dan Kepala Dinas Pendidikan Sawahlunto, Asril, Sekretaris Kebudayaan Adrial dan Kabag Humas Sekretariat Kota Wizha Andrita.
Dari Haluan ada Pemimpin Umum Haluan, Zul Effendi, Pemred Revdi Iwan Syahputra, Wapemred Pinto Janir, Redpel Isra Chaniago, Penanggung Jawab Haluan Minggu, Taufiq Siddik, Sekretaris Redaksi David Revalon, wartawan Haluan Fardianto dan Darwina Arhami. Juga hadir, wartawan senior Masful. Diskusi itu berlangsung di ruang Pikiran Haluan, Senin (4/7/2022). (*)