Sementara komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada GK perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, dan pakaian jadi anak-anak.
Menurutnya, persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
“Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan,” katanya lagi.
Pada periode September 2021–Maret 2022, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada September 2021 adalah 0,962 turun 0,157 poin menjadi 0,804 pada Maret 2022. Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan sebesar 0,061 dari 0,225 pada September 2021 menjadi 0,164 pada Maret 2022.
Jika berdasarkan daerah perkotaan dan pedesaan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung mengalami penurunan. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah pedesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan. Pada Maret 2022, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk daerah perkotaan sebesar 0,647 sementara di daerah pedesaan lebih tinggi, yaitu mencapai 0,956.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukan bahwa penduduk miskin di pedesaaan memiliki rata-rata (gap) pengeluaran dengan garis kemiskinan yang lebih besar dibandingkan penduduk miskin perkotaan. Kondisi penduduk miskin di perkotaan sedikit lebih baik, dilihat dari nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang lebih kecil dibanding penduduk pedesaan.