Kemudian di Batubasa, I Koto, dengan basanya Rangkayo Tanmanjelo, dan satu Koto lagi di Padang Lariang dengan basa adatnya Rangkayo Tumbijo. Ketiga basa tersebut merupakan pembantu utama Raja Rangkayo Sardeo.
Di wilayahnya, masing-masing basa ini juga mempunyai pembantu sebagai penghubung ke tingkat kaum(suku) disebut andiko, yang memimpin delapan orang penghulu kaum. Begitu jaga halnya dengan Aur Malintang dan Padang Lariang.
Dibukanya kran pemekaran wilayah oleh pemerintah pusat, nagari III koto Aur Malintang pun memekarkan diri pada tahun 2010. Dan Nagari III koto Aur Malintang menjadi empat nagari, nagari III Koto Aur Malintang Utara di Padang Lariang, III koto Aur Malintang Timur di Durian Jantung dan Nagari III koto Aur Malintang Selatan di Ur Malintang.
Meski secara administrasi pemerintahan masing-masing telah berdiri sendiri, namun dalam kesatuan adatnya sesuai dengan tatanan yang dibuat ketika Daulat Sibaludu, tetap dipertahankan dimana Kerapatan Adat Nagari (KAN) tetap satu yakni KAN III Koto Aur Malinrang.Tahun baganti, musim batuka adaik lamo pusako usang, ndak lapuak dek hujan ndak lakang dek paneh. III Koto Aur Malintang abadi hingga kini. (*)
Demikian dan terima kasih kami sampaikan kepada pembaca Harianhaluan.id. Kami sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan baik penulisan maupun data, namun kami yakin sesungguhnya kesempurnaan itu milik yang Khalid semata. (Yasmahadi)