HALUANNEWS, PADANG — Pengamat terorisme yang juga merupakan Mantan Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumbar, Zaim Rais menilai, sebanyak 16 orang terduga teroris ditangkap Densus 88 Antiteror di beberapa wilayah Sumatra Barat (Sumbar) pada Jumat (25/3/2022) lalu, diakibatkan oleh paparan konten-konten radikalisme di media sosial.
Selain itu, menguatnya kelompok radikal di Sumbar ini juga berkaitan dengan gagalnya pemerintah dalam menciptakan sistem sosial, ekonomi dan politik yang adil bagi setiap kelompok masyarakat.
“Berdasarkan kajian yang telah dilakukan di FKPT, kemunculan jaringan teroris atau radikalisme erat kaitannya dengan rasa ketidakpuasan terhadap sistem yang telah menyingkirkan sebagian kelompok masyarakat dalam wacana pembangunan,” ujarnya.
Rasa ketidakpuasan dari masyarakakat yang merasa tersisihkan dan terpinggirkan itu, menurutnya, semakin diperparah dengan adanya stigmaisasi beberapa pejabat pemerintah pusat yang dinilai kerap menuding dan menyudutkan masyarakat Sumbar.
Ia mencontohkan, seperti halnya pernyataan salah seorang tokoh yang menilai masyarakat Sumbar radikal hanya karena mendukung salah seorang calon Presiden menjelang pemilu lalu.
“Oleh pemerintah pusat, masyarakat Sumbar ini kerap dikaitkan dengan kelompok masyarakat yang suka mengkritik, membangkang dan tidak patuh kepada pemerintah. Sikap itu selanjutnya menimbulkan kebencian yang mengkristal, apalagi belakangan ini beberapa kebijakan pemerintah pusat dinilai “Anti Islam” oleh sebagian besar masyarakat Sumbar yang dikenal masih memegang teguh identitas keislaman dan ke Minangannya,” ucap Zaim Rais.