PADANG PANJANG, HARIANHALUAN.ID — Stasiun Kereta Api Pasa Usang akan menjadi salah satu lokasi digelarnya rangkaian perhelatan Galanggang Arang Warisan Tambang Batu bara Ombilin Sawahlunto (WTBOS).
Saat meninjau lokasi tersebut bersama kurator dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Dede Prama Yaza serta beberapa organisasi perangkat daerah (OPD), Pj Sekdako, Winarno, menyampaikan kegiatan ini akan digelar pada 7-8 November mendatang.
“Acara ini akan mencakup pameran, workshop, dialog warisan budaya, jelajah kawasan stasiun oleh 30 komunitas, pertunjukan kesenian. Serta kegiatan yang melibatkan masyarakat seperti bazar kuliner dan UMKM,” tuturnya.
Pihaknya berharap kegiatan yang digagas Kemendikbud Ristek ini akan berdampak positif bagi masyarakat Padang Panjang.
“Semoga dengan digelarnya kegiatan ini menambah wawasan kita terkait budaya dan sejarah serta sebagai pelestarian warisan. Ini merupakan salah satu aset yang bisa dikembangkan untuk wisata di Padang Panjang. Untuk persiapan kita akan lakukan gotong royong di lokasi ini pada Jumat (27/10) lusa bersama jajaran Pemko,” ungkapnya.
Galanggang Arang ini merupakan gelaran atas penetapan warisan dunia UNESCO WTBOS di Sumbar. Digelar mulai Oktober sampai Desember 2023 di beberapa lokasi di tujuh kabupaten kota lainnya. Yaitu Silo Gunung Kota Padang, Stasiun Kayu Tanam, Stasiun Pitalah, jembatan kereta api Ombilin Simawang, Stasiun Kacang, Stasiun Kota Solok, Stasiun Sawahlunto dan puncaknya di halaman Gubernuran.
Iven ini akan menampilkan pameran, lokakarya, dan kegiatan yang melibatkan masyarakat setempat, ni adalah upaya untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang warisan ini dan mendorong partisipasi aktif dalam menjaganya.
Koordinator Kurator Galanggang Arang, Edy Utama, menyatakan acara ini juga merupakan cara bangsa menyaksikan kembali transformasi pengetahuan pada abad 20 karena menurut catatannya, sebelum abad ke-19, belum banyak orang Minangkabau yang bersekolah. Tapi di awal abad 20 itu setelah kereta api beroperasi dan Belanda banyak membangun sekolah-sekolah, masyarakat Minang turut mendapatkan pendidikan yang utuh sejak adanya kereta api ini.
Kemudian banyak lahir para intelek, tokoh bangsa dari Tanah Minang seperti Bung Hatta, Mohammad Yamin, Sutan Sjahrir, dan banyak lagi. “Ini sebuah pencapaian yang luar biasa, di mana kereta api sebagai titik perangkat perubahan dan pembaharuan, maka itu menjadi perkembangan pada peradaban dunia,” ujarnya.
Kurator Galanggang Arang lainnya sekaligus Dosen Sastra dan Budaya dari Universitas Andalas, Sudarmoko, membagikan pemikirannya tentang pentingnya pelestarian warisan budaya.
“Warisan budaya adalah identitas bangsa. Kami harus merawatnya agar cerita kami tidak hilang dalam angin.” “Tujuan akhir Galanggang Arang membangun ekosistem yang menyeluruh bagi aktivasi WTBOS agar dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan, teknologi dan ekspresi seni, dan budaya, bagi terwujudnya ketahanan budaya dan kesejahteraan masyarakat,” katanya. (h/hmg)