HARIANHALUAN. ID – Poltekkes Kemenkes Padang menggelar kegiatan penguatan strategi penilaian maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terintegrasi, Senin (11/12).
Ketua Satuan Pengawas Internal Poltekkes Kemenkes Padang, Burhan Muslim mengatakan SPIP merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk memberikan keyakinan atas tercapainya tujuan organisasi.
“Apakah tindakan maupun kegiatan yang dilakukan sudah efekfifif dan efisiensi, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan,” ujarnya.
Burhan menyebut selama ini risiko di instansi atau lembaga pemerintahan hanya dipahami milik pimpinan atau dibebankan kepada pimpinan. Padahal semua karyawan harus punya kontribusi untuk mencapai tujuan dan meminimalisir resiko.
“Padahal sesungguhnya, setiap yang bekerja di Poltekkes misalnya, berkewajiban berkontribusi untuk mencapai tujuan atau biasa disebut visi dan meminimalisir risiko yang ada. Karena setiap pekerjaan yang memiliki tujuan ada risiko, ” katanya.
Ia menambahkan kegiatan ini untuk memberi pemahaman risiko yang mungkin terjadi. Sehingga kalau risiko teridentifikasi, dapat direncanakan pengendaliannya.
“Dengan memahami resiko, dapat diketahui apa yang harus dilakukan sehingga resiko itu minimal dan dampaknya tidak terjadi,” ucapnya.
Pada kesempatan itu Poltekkes Kemenkes Padang juga mengundang BPKP Provinsi Sumbar untuk memperdalam pemahaman terkait SPIP Terintegrasi.
Auditor Muda Perwakilan BPKP Sumbar, Roni Nanda Pratama menjelaskan SPIP diturunakan berdasarkan PP 60 tahun 2008.
“Diawal terbitnya PP 60 tahun 2008. 2019-2023 diharapkan seluruh Satker di Kemenkes sudah terintegrasi dengan SPIP. karena target 2019 kementrian negara dan pemerintah harus sudah di level 3. Kemudian di 2020-2024 harusnya sudah di fase internalisasi dan aitualisasi. Artinya SPIP bukan hanya kewajiban tapi kebutuhan, sebuah organisasi,” ujarnya.
Roni menjelaskan beberapa Satker, kementrian yang punya resiko tinggi lebih tertarik dengan apa resiko yang akan melekat pada mereka.
“Mereka lebih fokus pada pengelolaan risiko nya dibanding nilai SPIP nya, ” ujarnya.
Ia juga mengilustrasikan SPIP dangan animasi Dora the exsplorer.
“Sederhananya konsep animasi Dora mengadopsi SPIP. Karena dia nanya terus, mau kemana kita?. Jadi itu bagian penetapan tujuan. Semua kegiatan harus jelas tujuannya kemana,” ujarnya.
Selain itu, setiqp kegiatan harus efisien tergantung tujuan, punya peta, mapping dan, roadmap jelas, punya teman sebagai pengingat.
“Sehingga saat bekal cukup siap menghadapi resiko-resiko,” ucapnya. (h/yes)