Ruang Diskusi Anak Nagari Kupas Tantangan Investasi & Pembangunan Ekonomi di Sumatera Barat

HARIANHALUAN, ID – Ruang Diskusi Anak Nagari yang merupakan forum atau komunitas yang menjembatani komunikasi antara anak muda, pemerintah dan swasta menggelar diskusi terkait Tantangan Investasi dan Pembangunan Ekonomi di Sumatera Barat, Selasa (19/12).

Ketua Ruang Diskusi Anak Nagari, Afrizal mengatakan diskusi ini bertujuan melihat tantangan dan gambaran investasi Sumbar dari berbagai sisi.

“Kami berharap diskusi ini mengupas tantangan, menghasilkan solusi investasi di Sumbar,” ujarnya.

Ia menyebut Sumbar memiliki banyak potensi investasi, seperti sumber daya alam, pertanian, dan perdagangan. Hal ini dapat memberikan dampak besar pada pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat.

Dari sisi investasi, sambungnya turut menggerakkan roda perekonomian, menanam modal, dan meningkatkan produksi barang dan jasa.

“Penanaman modal tidak hanya menciptakan lahan pekerjaan baru, tetapi juga mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam, pertanian, dan perdagangan.
Untuk itu Ruang Diskusi Anak Nagari akan mengadakan diskusi hari ini,” kata dia.

Pada diskusi itu Ruang Diskusi Anak Nagari menghadirkan 3 orang narasumber.

Narasumber pertama, Ketua Bidang Ekonomi Digital DPP APINDO Sumbar, Ahmad Hafizd, S.E. Dikatakannya, persoalan industri kreatif perlu disuarakan lebih lantang lagi.

“Pe-er kita bersama, kita tidak punya narasi yang kuat diarahkan kemana. Bagaimana seharusnya kita memaksimalkan SDM dibidang industri kreatif kita,” ujar Ahmad Hafizd yang juga aktif di bidang ekonomi digital di Sumbar.

Ia menyebut investasi erat hubungannya dengan pertumbuahn ekonomi.

“Dengan investasi dapat meningkatkan produktifitas dan menghadirkan industri-industri, kemudian menyerap tenaga kerja, pendapatan meningkat dan terjadi perputaran ekonomi,” tuturnya.

Ia juga menyebut salah satu tantangan inbestasi di Sumbar adalah, Indeks Pembanguan Manusia (IPM) di Sumbar masih rendah.

“Ini juga menjadi alasan kenapa investasi kurang banyak di Sumbar,” ucapnya.

Sementara itu narasumber dari Bidang Perencanaan Investasi DPMPTSP Sumatera Barat, Dr. Egi Juniardi menyampaikan perlu koordinasi pentahelic untuk mendorong investasi.

Pentahelic terdiri akademisi, badan, usaha, komunitas, pemerintah dan media. Mendorong investasi Sumbar mau didorong kemana.

Pada kesempatan itu Ia juga membahas empat poin yakni, kebijakan terkait investasi, gambaran investasi, potensi dan peluang, strategi dan upaya peningkatan investasi yang sudah dilakuakn DPMPTSP.

Ia juga menyampaikan sejak 2018-2023 investasi di Sumbar masih fluktuatif (naik-turun).

Dari sisi, Penanaman Modal Asing (PMA) paling tinggi ada di Kabupaten Pasaman Barat dengan karakteristik perkebunannya. Kemudian diikuti Dharmasraya dan Pesisir Selatan dengan karakteristik perkebunan sawit. Sedangkan berdasarkan Kota paling tinggi ada di Kota Padang.

Kemudian untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) paling banyak di Padang Pariaman dengan pengembangan Tol.

Sedanhkan Negara yang paling banyak menjadi investor ke Sumbar adalah Singapura yang mendominasi, kemudian diikuti Malaysia.

“Tercatat 174 perusahaan penanam modal asing,” ujarnya.

Ditempat yang sama, narasumber ketiga, Pengamat Sosial dari Universitas Negeri Padang (UNP), Dr. H. Aznil Mardin, S.Kom., M.Pd.T mengatakan Sumbar mempunyai potensi besar sebenarnya untuk menggaet para investor. Tinggal koordinasi lintas sektor perlu dikuatkan kembali.

Ia juga menekankan industrialisasi di Sumbar harus berdampak kepada kehidupan masyarakat.

“Meskipun ekonomi kita tumbuh, tapi kita berharap jangan jadi pertumbuhan ekonomi yang semu, artinya masyarakat tidak merasakannya,” ujarnya.

Selain itu investasi juga dilihat dari sisi dampak secara sosial terhadap ekonomi.

“Jangan CSR itu hanya sebagai pencitraan, seharusnya efektivitas ini perhatikan. Sekarang sejauh mana pengelolaannya,” kata Aznil.

Aznil mengatakan, berkaca dari sejumlah program-program perusahaan-perusahaan swasta di Sumbar yang saat ini bisa menjadi percontohan di Sumbar.

Menurutnya adalah Pabrik Aqua di Solok. Pabrik Aqua di Solok saat ini telah mencoba menggali potensi lokal setempat untuk bisa dikelola bersama masyarakat dan melahirkan produknya.

Selain melahirkan produknya, Aqua juga dinilai bisa melakukan pembinaan terhadap hilirisasi produk yang diolah. Ini dinilai sebagai CSR yang memiliki hasil dan arah yang jelas untuk mengembangkan ekonomi sosial masyarakat. (h/yes)

Exit mobile version