“Sudah bukan waktunya lagi BUMN menjadi menara gading di tengah tantangan disrupsi digital. BUMN harus memiliki peran yang semakin strategis dalam pembangunan nasional dan pemberdayaan masyarakat,” tegas Erick.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Indonesia Power, M. Ahsin Sidqi yang turut mendampingi Menteri BUMN meninjau pembangunan Rumah Sakit Mathla’ul Anwar menyebutkan limbah padat yang dihasilkan dari proses pembakaran batu bara pada PLTU menjadi bahan baku keperluan berbagai sektor yang dapat membangkitkan ekonomi masyarakat.
“Di banyak negara sudah menyepakati bahwa FABA bukanlah limbah B3. Tinggal bagaimana perlakuan FABA sebagai limbah non B3 dapat disepakati di Indonesia, sehingga dalam operasionalnya nanti bisa menjadi lebih fleksible, masif dan environmental wise,” terangnya.
Sejak pemerintah mendelisting FABA dari daftar limbah B3 pada April 2021, PLN secara aktif mengelola FABA yang tadinya ditumpuk saja menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis. Hingga triwulan pertama tahun ini, PLN telah menghasilkan 1,28 juta ton FABA untuk menjadi bahan baku tambahan konstruksi.
FABA yang dihasilkan PLN Grup ini berasal dari seluruh PLTU yang ada di setiap regional. Jika dirinci, wilayah Jawa Madura Bali yang mempunyai banyak PLTU saat ini mempunyai cadangan Fly Ash 2,6 juta ton yang bisa diolah menjadi bahan baku tambahan.
Sedangkan wilayah Sumatera dan Kalimantan mempunyai cadangan 1,8 juta ton dan wilayah Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara sebesar 194 ribu ton.