“Itu bunyi pernyataannya. Korbannya hanya tiga orang pelajar yang berkelahi. Mereka dikeluarkan dari sekolah. Sekalipun orang tuanya orang berpengaruh saya tak peduli. Sebab, saya sedang berupaya memaksa agar para orang tua nyinyir dan punya kontrol ketat terhadap anaknya masing-masing,” katanya.
Kebijakan tegas tanpa pandang bulu itu, kata Fauzi Bahar, juga diterapkan pada sistem Penerimaan Siswa Baru (PSB) Online Kota Padang tahun 2007. Bahkan saat itu, anak kandungnya sendiri selaku wali kota pun, tidak bisa bersekolah di sekolah unggul karena memang nilainya tidak memenuhi persyaratan.
“Pil pahit itu sengaja saya telan, saya ingin memberi contoh dan teladan kepada rakyat. Seorang anak wali kota saja bisa tidak lolos bersekolah di SMP unggulan. Akhirnya saat itu, siswa-siswa yang bersekolah di SMPN 1 Padang adalah mereka yang benar-benar memenuhi syarat, Tidak ada siswa titipan,” ucapnya.
Selain kedisiplinan, Fauzi Bahar juga mendorong agar para siswa di segala tingkatan sekolah, dibiasakan kembali dengan sistem pendidikan Islam. Dalam artian, mereka harus diwajibkan untuk menghafal Al-Qur’an sejak dini.
Pasalnya, mustahil untuk menciptakan generasi muda yang tangguh, cerdas dan unggul apabila diri mereka masing-masing tidak dibekali dengan ilmu agama yang kuat dan mengakar.
Langkah itu telah dilakukannya ketika memimpin Kota Padang beberapa tahun lalu. Bukti keberhasilan setelah diberlakukannya program Pesantren Ramadan di era kepemimpinannya itu, sempat terjadi “panen raya” hafiz Al-Qur’an di Kota Padang. “Generasi muda Sumbar harus kembali disibukkan dan dialihkan dengan hal-hal positif agar tidak masuk ke dalam jurang kenakalan remaja,” ucapnya.