BUKITTINGGI, HARIANHALUAN.ID – Munculnya nama Notaris /PPAT Heri Tito Rinaldi SH, M.Kn dalam bursa pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Bukittinggi 2024 menarik perhatian publik.
Sosok tokoh muda yang inovatif tersebut mengaku siap mengabdi untuk Kota Bukittinggi yang lebih baik, dengan tagline “Bukittinggi PATEN” (Pintar, Agamais, Tertib, Empati dan Nyaman.
“Awalnya saya ingin pulang kampung ke Bukittinggi untuk meneruskan profesi dan bisnis sebagai notaris. Namun atas masukan, saran dan desakan masyarakat, maka saya siap mewakafkan diri, dengan maju di Pilkada Bukittinggi,” kata Heri Tito Rinaldi.
Pria kelahiran Padang Panjang pada 8 Januari 1980 itu mengaku, meski keinginan untuk maju sebagai bakal calon wali kota mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan, namun tentu butuh kendaraan politik atau partai politik yang bisa membawanya menuju Pilkada Bukittinggi.
Namun demikian, sampai sekarang ia masih membranding diri sebagai bakal calon Wali Kota Bukittinggi karena telah mendaftar ke beberapa partai politik seperti Partai Demokrat, PAN, PPP, PKB, dan NasDem.
“Merespon dukungan dan dorongan dari masyarakat, maka dengan segala pertimbangan saya mantapkan diri untuk maju di Pilkada Bukittinggi dengan ikut mendaftar sebagai calon Wali Kota Bukittinggi,” ujarnya.
Meski dirinya bukan dari kalangan politisi, namun Heri Tito Rinaldi tidak menyerah untuk terus melakukan pendekatan serta komunikasi yang intens dengan partai politik yang akan mendukung dan membawanya ke Pilkada Bukittinggi. Ia akan terus melihat perkembangannya ke depan terkait dengan pencalonannya itu.
Diakuinya, niat untuk maju di Pilkada Bukittinggi adalah untuk membangun Kota Bukittinggi menjadi lebih baik, serta bagaimana menyelesaikan masalah dengan menghadirkan solusi yang terbaik bagi masyarakat Bukittinggi.
“Saya mengusung visi keadilan sosial untuk masyarakat Kota Bukittinggi, dengan dengan tagline Bukittinggi PATEN ( Pintar, Agamais, Tertib, Empati dan Nyaman),” ucapnya.
Dijelaskannya, tagline kata pintar diartikan karena Kota Bukittinggi sebelum dan sesudah kemerdekaan telah banyak melahirkan orang orang pintar. Bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, banyak tokoh-tokoh pendiri bangsa yang berasal dari Bukittinggi, salah satunya adalah Muhammad Hatta yang dikenal sebagai Founding Father.
“Kultur kota pintar ini harus dimunculkan lagi dan di backup di Kota Bukittinggi. Artinya bagaimana Bukittinggi sekarang ini bisa melahirkan anak anak yang cerdas dan pintar, pintar secara intelektual dan pintar secara emosional,” kata Heri Tito Rinaldi.
Bukittinggi Agamis diartikan karena sejak dahulu pembangunan Kota Bukittinggi tidak bisa lepas dari norma-norma adat dan agama sesuai dengan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Falsafah ABS-SBK ini merupakan salah satu filosofi hidup yang dipegang dalam masyarakat Minangkabau.
Kemudian Bukittinggi Tertib diartikan bagaimana masyarakat Bukittinggi harus patuh terhadap hukum dan aturan, atau ikut rule of the games yang ada, dan jangan keluar dari koridor.
Selanjutnya Bukittinggi Empati diartikan sebagai ungkapan ada rasa sense of belonging atau perhatian terhadap sekitar, rasa humanity atau kemanusian, dan ada rasa peduli terhadap lingkungan dan daerah sekitar. Menurutnya, rasa ini sangat penting dan harus dibangun di Kota Bukittinggi.
“Terakhir Bukittinggi Nyaman diartikan bagaimana kota yang kita cintai ini nyaman untuk kita tinggal atau kita tempati, karena masyarakatnya yang damai, rukun, tentram dan senantiasa gotong royong. Sehingga dengan demikian akan terwujud masyarakat yang madani,” terang Heri Tito Rinaldi.
Terkait dengan visi yang diusung yakni menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Bukittinggi, menurutnya visi tersebut untuk memastikan keadilan sosial bisa terwujud ditengah tengah masyarakat Kota Bukittinggi. Dalam hal ini pihaknya telah menyiapkan konsep untuk bagaimana mewujudkannya.
“Kita ingin menjadikan Bukittinggi ini menjadi kota yang paten sesuai dengan tagline yang diusung tersebut. Selama beberapa periode ini kita hanya melihat dan menikmati kinerja kepala daerah. Namun karena keresahan dan dukungan dari rekan rekan, maka saya bersedia untuk maju di Pilkada,” ucapnya.
Menurutnya, melihat kepemimpinan Kota Bukittinggi sebelumnya, kebijakan yang dibuat itu sesuai dengan selera. Ibarat pepatah, Sakali Aia Gadang, Sakali Tapian Barubah.
Ia mencontohkan seperti Ismet Amzis dengan gayanya seorang birokrat, Ramlan Nurmatias dengan gayanya seorang pengusaha, dan Erman Safar dengan gayanya seorang politisi. Dari ketiga pemimpin tersebut tentu kebijakan yang dibuat berbeda beda pula meski ada plus minusnya.
“Saya Ingin merangkum plusnya itu dan menghilangkan minusnya. Artinya poin poin yang terbaik dari para pemimpin sebelumnya kita ambil, dan sisi negatifnya kita hilangkan dengan menghadirkan solusi yang terbaik dan berkeadilan bagi warga Bukittinggi,” ucap Heri Tito Rinaldi.
Ia mengaku jika diberi amanah untuk memimpin kota Bukittinggi, banyak konsep yang akan dilakukan agar Bukittinggi lebih baik dari sekarang. Sejumlah persoalan yang ada akan diselesaikan dengan menghadirkan solusi yang terbaik bagi masyarakat, baik itu masalah penataan kota, pasar PKL, pariwisata, dan lainnya.
Selain itu bagaimana meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bukittinggi. Sebagai kota kunjungan wisata di Sumbar, pemerintah daerah tentu harus bisa membuat program bagaimana wisatawan yang datang merasa betah, aman dan nyaman, sehingga mereka berulang ulang datang ke Bukittinggi dan menghabiskan uang untuk berbelanja di Kota Bukittinggi.
“Kita ingin bagaimana pembangunan Kota Bukittinggi terkonsep dengan pemikiran yang ilmiah. Nantinya akan ada tim yang akan membantu saya untuk melakukan percepatan pembangunan Bukittinggi. Tim ini nantinya yang akan melakukan kajian, seperti pembangunan apa yang dibutuhkan di Bukittinggi,” ucapnya.
Terkait dengan masalah PKL ulasnya, konsepnya adalah penataan bukan disingkirkan. Artinya bagaimana PKL ini tetap bisa berdagang tanpa mengganggu kenyamanan dan ketertiban kota. Contohnya PKL tetap berdagang tapi kotanya tetap indah, rapi dan nyaman. Jika PKL ini memang harus dipindahkan konsepnya adalah equality before the law.
“Terkait dengan bidang kesehatan, kebutuhan di Bukittinggi tidak hanya dalam bentuk fisik, namun kita juga butuh mempertahankan SDM tenaga kesehatan. Kemudian bagaimana kita bisa mempertahankan para tenaga medis untuk tetap betah di Bukittinggi,” tuturnya.
Heri Tito Rinaldi lahir di Padang Panjang pada 8 Januari 1980. Ia menamatkan pendidikan di di SDN 07 Bukit Cangang Kayu Ramang Bukittinggi, SMPN 1 Bukittinggi, dan SMAN 3 Bukittinggi.
Suami dari dr. Afrina Yanti, Sp.THT-BKL ini menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung (FH- UNISBA), serta Magister Kenotariatan (S2) di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Selain berprofesi sebagai Notaris, Heri Tito Rinaldi juga seorang pengusaha di bidang home appliances dengan toko yang sudah di kenal ramai di Kota Bukittinggi, yakni Toko Kedaung. Selain itu, ia juga pernah tercatat sebagai aktifis mahasiswa dan pernah menjadi bagian dari kepengurusan organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia, yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Bandung. Meskipun tidak lagi aktif dalam aktivisme, namun Heri Tito Rinaldi masih terlibat dalam kegiatan sosial dan organisasi profesi, termasuk sebagai salah satu presidium KAHMI Kota Bukittinggi. Dengan pengalaman dan wawasannya, ia berkomitmen untuk menciptakan dampak positif bagi lingkungannya. (*)