PADANG, HARIANHALUAN.ID—Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, setidaknya masih ada sekitar 700 ribu m³ material vulkanik sisa erupsi di sekitar wilayah Gunung Marapi, yang bisa memicu terjadinya kembali banjir bandang atau galodo.
Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, Udrekh mengatakan, masih ada sekitar 700 ribu m³ material vulkanik sisa erupsi Gunung Marapi.
“Maka dari itu, pemasangan instrumen peringatan dini sangat penting untuk mengantisipasi potensi galodo yang masih akan terjadi di wilayah terdampak saat ini,” ujarnya, Selasa (11/6).
Sistem peringatan dini itu, kata Udrekh akan dipasang di daerah terdampak galodo Marapi beberapa waktu lalu, yaitu Kabupaten Padang Panjang, Agam, dan Tanah Datar
Ia menjelaskan, sistem peringatan dini ini akan mengintegrasikan informasi cuaca, informasi aktivitas gunung api, informasi getaran, dan sensor cuaca. Berbagai informasi tersebut akan memberikan rekomendasi kepada pemangku kepentingan untuk kesiapsiagaan maupun langkah mitigasi terhadap potensi dampak bencana.
Udrekh bersama tim dan dukungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar akan melakukan survei sebagai langkah awal kegiatan pemasangan alat peringatan dini.
Pihaknya telah mendapatkan data dan informasi spasial kondisi pascabencana lahar dingin. Ini akan membantu tim untuk menentukan titik perangkat sebagai bagian dari sistem peringatan dini.
Selanjutnya, Udrekh menekankan juga pada aspek masyarakat setempat. Sistem peringatan dini tidak sebatas pada perangkat atau fasilitas teknologi yang digunakan, tetapi juga sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat penerima manfaat.
Hal tersebut bertujuan agar warga paham dan melakukan aksi dini apabila mendengar bunyi sirine peringatan dini. Di samping itu, sosialisasi juga membuat mereka turut merawatnya sehingga keberlanjutan fungsi perangkat dapat terjaga.
Sedangkan pada rencana survei, Udrekah menyampaikan langkah-langkah yang akan dilakukan, di antaranya waktu pelaksanaan kegiatan masih pada rentang transisi darurat, penentuan titik sensor dan sirine, serta koordinasi dengan para pemangku kepentingan. (*)