PADANG, HARIANHALUAN.ID — Hasil Intervensi Serentak Pencegahan Stunting (ISPS) mencatat kasus stunting Kota Padang mencapai 1.598 balita.
Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kota Padang Srikurnia Yati mengatakan Pemko Padang terus berkomitmen menurunkan jumlah angka stunting. Untuk itu berbagai upaya terus dilakukan, seperti pencegahan stunting dimulai dari calon pengantin, yang mana masing masing Puskesmas bekerjasama dengan Kantor Urusan Agama (KUA).
“Calon Pengantin (Catin) harus melakukan skrining awal dan penyuluhan, bagaimana persiapan kehamilan, gizi yang diterima calon ibu, penanganan bayi, jangan sampai melahirkan anak stunting,”Kata Srikurnia Yati.
Lebih jauh dikatakannya, berdasarkan program Kementerian Kesehatan, dalam masa kehamilan sembilan bulan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan sebanyak enam kali ke puskesmas.
“Untuk pemeriksaan Skrining Lingkar Lengan Atas (LiLa) pada ibu hamil mencapai 96,2 persen. Hampir semua ibu hamil sudah melakukan kesehatan dan skrining,”ujarnya.
Langkah berikutnya yang dilakukan untuk pencegahan stunting adalah dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), yang menyasar kepada anak stunting. Kemudian, nantinya juga akan dilakukan deteksi tumbuh kembang anak.
“Kita terus melakukan intervensi. Jika menemui anak-anak yang stunting, langsung dilakukan deteksi dini tumbuh kembang anak. Kemudian apabila anaknya bermasalah, kita akan rujuk ke RSUD Rasidin untuk ditindaklanjuti,”ujarnya.
Dinas Kesehatan Kota Padang mencatat capaian ISPS mencapai 98, 64 persen. Gerakan tersebut merupakan aksi bersama dalam mengatasi stunting yang dapat berdampak pada pertumbuhan balita yang digelar selama Bulan Juni 2024.
Srikurnia menjelaskan kegiatan intervensi serentak penanganan stunting bertujuan untuk meningkatkan kunjungan dan cakupan sasaran ke posyandu dan mendeteksi masalah gizi, serta memberikan edukasi pencegahan stunting kepada seluruh sasaran yang memiliki masalah gizi.
“Tanggal 30 Juni kemarin, merupakan hari terakhir pelaksanaan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting (ISPS). Data sasaran 58.212 balita, namun yang kita jumpai di lapangan dan telah dilakukan pengukuran sebanyak 57.418 balita, itu artinya mencapai 98,64 persen,”katanya.
Setelah dilakukan pengukuran berdasarkan ‘by name by address’ ditemukan sebanyak 1.598 balita stunting. “Ini bukan hanya sebagai data, tentunya kita berkomitmen untuk menyiapkan langkah konkret mengatasi persoalan stunting,” jelasnya.
Penjabat (Pj) Wali Kota Padang Andree Algamar menegaskan, bahwa pencegahan stunting harus menjadi gerakan bersama yang melibatkan seluruh unsur masyarakat.
“Upaya pencegahan stunting harus dimulai sejak awal, tidak hanya pada saat anak dilahirkan tetapi sudah sejak masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), mulai dari pembuahan, kehamilan, hingga anak berusia 2 tahun,” ungkapnya.
Andree mengajak semua pihak untuk terlibat aktif, sebab penanganan stunting tidak dapat hanya mengandalkan program gizi semata, tetapi harus terintegrasi dengan program lainnya. “Ini harus dilakukan secara kolektif untuk hasil yang optimal,” tambah Wali Kota Andree Algamar.
Stunting dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi ekonomi yang lemah, kurangnya kebersihan, perawatan kesehatan yang tidak memadai, serta imunisasi yang tidak lengkap. Oleh karena itu, penanganannya harus berkelanjutan dan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat. “Kami berkomitmen untuk mengatasi stunting melalui upaya bersama dan berkelanjutan,”ujarnya. (*)