Ia menilai bahwa terjadinya kasus ini sangat erat kaitannya dengan bobroknya integritas dan mental petugas yang dititipi amanah oleh pengurus pesantren. Terungkapnya kasus ini telah mencoreng nama baik pesantren di Sumatera Barat.
Namun begitu, kata Bundo Kanduang, sekalipun petugas yang dititipi amanah bermental bobrok, apabila pihak pesantren menerapkan kontrol pengawasan yang ketat, maka kasus seperti ini tidak seharusnya terjadi.
“Artinya, perlu ada evaluasi sistem, integritas orang yang diberi kepercayaan harus jelas. Mesti ada tes psikologis agar orang yang punya kecenderungan perilaku menyimpang tidak lolos dalam seleksi penerimaan tenaga kerja atau tenaga pendidik,” ucapnya.
Raudha Thaib berharap bahwa dengan adanya evaluasi dan perbaikan sistem, kejadian serupa tidak akan terulang lagi di masa depan. Para santri diharapkan dapat belajar dan beribadah dengan tenang tanpa adanya rasa takut akan ancaman dari predator seksual. (*)