HALUANNEWS, PADANG — Tercatat, 11 kabupaten/kota di Sumatra Barat (Sumbar) telah terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan.
Oleh karena itulah, Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) beserta insan peternakan yang tergabung dalam Insinyur dan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) dan Kelitbangan Pemprov Sumbar menyelenggarakan webinar secara hybrid di Peternakan Convention Center (PCC), Unand, Selasa (24/5/2022).
Pokok bahasan yang ditampilkan adalah masalah PMK yang sedang merebak di tanah air. Tampil sebagai pembicara utama adalah Rochadi Tawaf, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumbar, Erinaldi, Kepala Balai Veteriner Baso, Gigih Tri Pambudi, Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unand, Yelia Yelita serta praktisi pedagang ternak, Azmi Alhuda.
Rochadi Tawaf dalam pemaparannya mengatakan bahwa upaya penanggulangan PMK belum optimal dilakukan pemerintah. Di negara lain seperti Inggris, penanggulangan PMK dilakukan dengan memusnahkan semua ternak yang sakit, yang jumlahnya mencapai 4 juta lebih.
Selain itu, lalu lintas ternak diberlakukan secara ketat, dimana ternak yang masuk tidak boleh dari daerah yang terkena PMK. Indonesia belum mampu memberlakukan hal itu, sebab sapi yang diimpor juga berasal dari negara yang terkena PMK.
Menurut Rochadi, dampak dari PMK ini sangat luar biasa. Bahkan diprediksi kerugian yang ditimbulkan bisa mencapai Rp15,5 triliun dalam satu tahun. Oleh sebab itu, ia mengimbau pemerintah dan pelaku usaha, serta masyarakat untuk selalu waspada dan berhati-hati.