PADANG, HARIANHALUAN.ID — Cuaca panas yang diprediksi akan melanda wilayah Sumatera Barat (Sumbar) hingga sepekan ke depan menjadi alarm potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kendati jumlah kasus karhutla diklaim menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun kesiapsiagaan tetap harus ditingkatkan.
Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Sumbar, Yozarwardi menyebut, kesiapsiagaan penting untuk terus dijaga. Pasalnya, karhutla dapat terjadi kapan saja, baik itu secara alami atau disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan pertanian, pembakaran sampah, atau kelalaian dalam mengelola api saat melakukan aktivitas di hutan.
Di sisi lain, ia mengklaim penanganan karhutla di Sumbar sudah semakin baik. Hal ini terbukti dengan menurunnya luas hutan dan lahan yang terbakar pada 2024 dibandingkan 2023. Areal hutan dan lahan yang terbakar selama tahun 2024 seluas 86,47 hektare. Areal tersebut tersebar di Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Sijunjung, Kota Payakumbuh, Kabupaten Dharmasraya, dan Kota Padang. “Nah, sementara pada 2023 lalu areal yang terbakar mencapai 608,56 hektare,” katanya, Jumat (25/10).
Tingkat keberhasilan dalam penanganan itu tidak terlepas dari upaya bersama para pihak. Namun begitu, langkah ke depan untuk menekan potensi karhutla juga tetap harus dipersiapkan secara matang.
Langkah itu di antaranya sosialisasi penyiapan lahan tanpa bakar atau pembakaran dengan asap minimal dan pembakaran bergilir dan peringatan dini kebakaran. Selain itu juga perlu adanya pembinaan dan peningkatan ketaatan kepada pengusaha yang bergerak di bidang perkebunan dan bidang kehutanan, seperti Hutan Tanaman Industri dan perizinan berusaha pemanfaatan hutan dalam penerapan penyiapan lahan tanpa bakar.
Selanjutnya, perlu dilakukan kampanye dampak asap terhadap kesehatan, pemberdayaan masyarakat untuk penerapan pengetahuan tradisional dalam pengendalian kebakaran, dan penyebarluasan peringatan dini kebakaran hutan dan lahan.