Kedua, pembelajaran yang bersifat interdisipliner dan berbasis proyek dapat meningkatkan minat siswa terhadap sains dan teknologi. Dengan menghadirkan proyek nyata, siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar (Baker et al., 2018).
Selain itu, integrasi pendidikan STEM mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global, termasuk isu-isu seperti perubahan iklim, krisis energi, dan inovasi teknologi.
Terakhir, model terhubung juga mendorong kolaborasi antar siswa, di mana mereka bekerja sama dalam kelompok dan belajar untuk menghargai perspektif serta keterampilan yang dimiliki oleh teman-teman mereka (Johnson, 2018).
Dengan demikian, integrasi pendidikan STEM melalui model terhubung tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan sikap siswa yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Meskipun terdapat banyak manfaat, penerapan model terhubung dalam pendidikan STEM juga menghadapi tantangan, seperti kurangnya pelatihan guru dan sumber daya yang memadai. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pelatihan berkelanjutan bagi guru dan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk industri dan lembaga pendidikan tinggi.
Selain pelatihan berkelanjutan, penting juga untuk menciptakan ekosistem pendukung yang dapat memperkuat penerapan model terhubung dalam pendidikan STEM. Sekolah perlu berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti perusahaan teknologi, universitas, dan pemerintah, untuk menyediakan fasilitas dan teknologi yang memadai.
Misalnya, program magang atau kunjungan industri dapat memberikan wawasan praktis bagi siswa tentang bagaimana ilmu STEM diterapkan di dunia kerja.